Asal-Usul Kata "Puasa": Warisan Sanskerta dalam Tradisi Islam di Indonesia
- https://kbbi.lektur.id/upawasa
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi –Puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Namun, tahukah Anda bahwa kata "puasa" yang digunakan dalam bahasa Indonesia bukan berasal dari bahasa Arab? Istilah ini ternyata berakar dari bahasa Sanskerta, yaitu "upavāsa".
Dalam kamus Monier-Williams, "upavāsa" memiliki makna "fast, fasting (as a religious act comprising abstinence from all sensual gratification, from perfumes, flowers, unguents, ornaments, betel, music, dancing etc.)". Dengan kata lain, "upavāsa" bukan sekadar menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga mencakup penghindaran dari berbagai bentuk kenikmatan duniawi demi mendekatkan diri kepada Tuhan.
Secara etimologis, "upavāsa" terdiri dari dua kata, yakni praeverbial "upa" yang berarti "mendekati" dan "vas" yang berarti "tinggal" atau "berdiam". Dalam konteks keagamaan, istilah ini menggambarkan praktik mendekatkan diri kepada Tuhan melalui laku berpuasa. Konsep ini telah dikenal luas dalam tradisi Hindu dan Buddha yang pernah berkembang pesat di Nusantara sebelum masuknya Islam.
Pengaruh bahasa Sanskerta dalam kosakata bahasa Indonesia merupakan bukti sejarah panjang interaksi budaya antara Nusantara dan India. Sejak era kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, bahasa Sanskerta digunakan dalam teks-teks keagamaan dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, banyak kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari Sanskerta, termasuk istilah "puasa".
Meskipun dalam Islam puasa disebut dengan istilah Arab "ṣawm" (صَوْم), masyarakat Indonesia tetap lebih akrab dengan kata "puasa". Hal ini menunjukkan bagaimana bahasa dan budaya saling berasimilasi, menciptakan identitas unik dalam praktik keagamaan di Indonesia.
Dengan memahami asal-usul kata "puasa", kita dapat lebih menghargai kekayaan sejarah bahasa Indonesia dan bagaimana tradisi dari berbagai peradaban telah berkontribusi dalam membentuk identitas budaya bangsa. Ini menjadi bukti bahwa interaksi lintas budaya telah memperkaya kehidupan beragama di Indonesia, menjadikannya lebih inklusif dan beragam.