YONO, Tren dari Jepang, Adaptasi Prinsip Hidup Minimalis Danshari dan Gomari
- https://gopay.co.id/blog/yolo-vs-yono
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi –Tahun 2025 diawali dengan pergeseran gaya hidup yang biasanya YOLO (You Just Live Once) menjadi YONO (You only need one). Sebelum kita membahas YONO, mari kita bahas sedikit tentang YOLO dan mengapa akhirnya sekarang Gen Z justru memilih tren hidup YONO.
YOLO sendiri diartikan sebagai Tren You Just Live Once, yang artinya mumpung hidup hanya sekali, cobalah sebanyak banyaknya yang kamu bisa. Lebih mudahnya nikmatilah hidup sepuasnya.
Istilah YOLO dipopulerkan oleh rapper Drake melalui lagunya The Motto yang dirilis pada November 2011. Orang yang menjalani gaya hidup YOLO ingin menunjukan bahwa mereka hidup di masa kini, menghindari penyesalan, dan berani mencoba hal baru, baik dalam pekerjaan, hobi, maupun aspek kehidupan.
Meskipun YOLO bisa membawa kebahagiaan, penting untuk tetap mempertimbangkan tanggung jawab dan keseimbangan hidup agar tidak terjebak dalam keputusan yang merugikan di masa depan.
Keresahan Akan Konsep YOLO dan FOMO
Dengan menerapkan konsep YOLO, seringkali akhirnya merasa terjebak dengan keadaan. Alih alih ingin menikmati hidup, justru yang banyak terjadi adalah konsep hidup FOMO (Fear of Missing Out), cenderung banyak mencoba hal baru hanya karena takut ketinggalan tren, takut tidak dianggap, dan akhirnya berlomba lomba untuk diakui hingga hilang krisis identitas.
Tren Baru dari Jepang hingga Korea Selatan
Dengan keresahan yang ada akan konsep YOLO dan FOMO, Akhirnya Generasi Z mulai meninggalkan konsep YOLO dan beralih pada konsep hidup yang mengedepankan kesederhanaan, minimalis dan keberlanjutan. Konsep yang cocok dengan ini adalah Konsep YONO (You Only Need One).
Gaya hidup YONO berakar dari konsep minimalisme yang populer di Jepang, seperti Danshari dan Gonmari. Danshari, yang dipopulerkan oleh Hideko Yamashita, menekankan pentingnya melepaskan barang yang tidak diperlukan untuk mencapai ketenangan batin.
Sementara Gonmari (Marie Kondo), mengajarkan pentingnya memilah barang berdasarkan apakah benda tersebut ‘memercikkan kegembiraan’ (spark joy).
Selain popular di Jepang, Konsep YONO juga popular di Kalangan Masyarakat Korea Selatan, dimulai dari tren 10.000 won challenge, dimana masyarakat hanya diberi 10.000 won perhari untuk menjalani hidup. Menunjukkan bagaimana seseorang bisa menjalani hidupnya dengan anggaran terbatas tanpa kehilangan kebahagiaannya.
YONO menawarkan solusi dengan mengadopsi gaya hidup minimalis namun tetap bisa stylish dan memiliki fokus pada nilai dan tujuan jangka panjang. Hal ini sejalan dengan kondisi ekonomi global yang sedang dihadapi tantangan kenaikan harga, suku bunga, dan inflasi.
Tips Menjalani Tren YONO
1. YONO juga mengedepankan konsumsi yang bijak. Filosofi YONO berfokus pada kebutuhan esensial dan menekan pembelian barang-barang yang tidak perlu. Misalnya, daripada membeli pakaian murah yang mudah rusak, pengikut YONO akan memilih pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama.
2. Dukung Produk Ramah Lingkungan
Utamakan produk yang dapat didaur ulang atau berbahan dasar alami.
3. Batasi Pembelian Impulsif
Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan.
4. Kurangi Pemakaian Barang Sekali Pakai
Gunakan produk reusable, seperti botol minum stainless steel atau tas belanja kain.
5. Hidup itu Kualitas bukan Kuantitas
Tidak hanya dalam pembelian barang, begitu juga dengan pergaulan pertemanan, penggunaan media sosial dan sebagainya. Pertemanan yang baik adalah yang berkualitas, yang saling menghargai dan membawa manfaat untuk maju bersama, lebih baik teman sedikit namun berguna daripada banyak hanya sekedar untuk menunjukkan diri banyak bergaul.
Pemilihan media sosial yang tepat untuk membawa kemajuan dibanding hanya melakukan scroll media sosial yang jauh banyak membuang waktu dibanding manfaatnya.