Mengenal Garam Kusamba, Warisan Nusantara, dan Mendunia
- https://www.instagram.com/p/CXU8_iLvkNR/
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi – Garam bukan sekadar penyedap rasa. Di balik setiap butir kristalnya, tersembunyi sejarah panjang, budaya, dan perjuangan yang membentang dari masa lampau. Salah satu warisan yang menyimpan kisah mendalam itu adalah garam tradisional Kusamba, Bali.
Di tengah derasnya arus industri dan modernisasi, Desa Kusamba dan Pesinggahan di Kabupaten Klungkung masih bertahan memproduksi garam laut organik secara tradisional. Tak banyak yang tahu, garam yang dihasilkan dari pasir hitam legam Pantai Kusamba ini telah dikenal sebagai salah satu garam terbaik di dunia.
Proses Tradisional yang Sarat Nilai Budaya
Tak semudah membalikkan tangan, petani garam Kusamba harus berjibaku sejak matahari terbit. Berbekal alat tradisional seperti tampah dan tempurung kelapa, air laut disiramkan ke pasir yang telah diratakan. Proses ini dikenal dengan penyulingan dua tahap, lalu menghasilkan cairan yang disebut air tua, yang kemudian dikristalkan di palungan dari batang kelapa atau geomembran.
Berbeda dengan garam industri yang kerap memakai zat pemutih dan bahan kimia, garam Kusamba sepenuhnya alami dan ramah lingkungan. Butirannya putih, mengilap, lebih besar dari garam dapur biasa, dengan rasa yang tidak terlalu asin, bahkan cenderung gurih dan sedikit manis—cita rasa khas hasil fermentasi alami palung kelapa.