Fenomena Sleep Paralysis: Antara Mimpi dan Kenyataan

Ilustrasi ketakutan
Sumber :
  • Pexels/Nothing Ahead

Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi – Pernahkah Anda terbangun di tengah malam, merasa sadar sepenuhnya, namun tubuh Anda terasa lumpuh dan tidak bisa bergerak sedikit pun? Jika pernah, Anda mungkin pernah mengalami sleep paralysis, sebuah fenomena yang seringkali menakutkan dan membingungkan.

Apa itu Sleep Paralysis?

Cerah Pagi Tanpa Kantuk: Strategi Jitu Awali Hari dengan Semangat

Sleep paralysis atau yang sering disebut "ketindihan" dalam bahasa Indonesia, adalah kondisi di mana seseorang mengalami kelumpuhan sementara saat tertidur atau bangun tidur. Selama sleep paralysis, Anda mungkin merasa sadar sepenuhnya, tetapi tidak dapat menggerakkan tubuh, berbicara, atau bahkan membuka mata. Kondisi ini biasanya berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit, tetapi bisa terasa jauh lebih lama bagi mereka yang mengalaminya.

Penyebab Sleep Paralysis

Sleep paralysis terjadi ketika ada gangguan pada siklus tidur normal. Selama tidur, tubuh kita mengalami beberapa tahap, termasuk tidur REM (Rapid Eye Movement) di mana kita bermimpi. Selama tidur REM, otot-otot kita secara alami menjadi lumpuh untuk mencegah kita "melakukan" mimpi kita. Sleep paralysis terjadi ketika otak kita terbangun sebelum kelumpuhan otot ini hilang.

Lepaskan Beban: Mengelola Stres dan Kecemasan untuk Hidup Lebih Tenang

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mengalami sleep paralysis antara lain:

  • Kurang tidur: Kurang tidur dapat mengganggu siklus tidur normal dan meningkatkan risiko sleep paralysis.

  • Mengatasi Insomnia: Menjemput Kembali Tidur Nyenyak

    Jadwal tidur yang tidak teratur: Bekerja shift malam atau sering bepergian melintasi zona waktu dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh dan meningkatkan risiko sleep paralysis.

  • Stres dan kecemasan: Stres dan kecemasan dapat mengganggu tidur dan meningkatkan risiko sleep paralysis.

  • Kondisi medis tertentu: Beberapa kondisi medis, seperti narkolepsi dan gangguan tidur lainnya, dapat meningkatkan risiko sleep paralysis.

Halaman Selanjutnya
img_title