Pelatih Karate Keluhkan Kurangnya Apresiasi Pemerintah Meski Anak Didiknya Berprestasi
- Anton Heri Laksana/ VIVA Banyuwangi
Banyuwangi, VIVA Banyuwangi – Seorang pembina sekaligus atlet karate KGS Nasrullah Ifan Faqih menyoroti kurangnya apresiasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi kepada para atlet berprestasi.
Bukan tanpa alasan, Nasrullah mengungkapkan hal tersebut karena mengalami sendiri bagaimana anak didiknya tak kunjung dilirik pemerintah meski telah menelurkan berbagai prestasi.
Nasrullah mendidik seorang atlet karate asal MTSN 12 Banyuwangi KGS Mohammad Fayyat Zahir yang telah menorehkan prestasi di berbagai kejuaraan nasional dan internasional.
"Untuk apresiasi saat ini dari sekolah saja. Beasiswa sekolah, dari uang gedung, sarana prasarana baju dan LKS free sampai lulus. Untuk dari pemerintah sampai saat ini belum ada," katanya.
Karena menurutnya, ada regulasi khusus untuk mencapai hal tersebut yang melibatkan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dispora), hingga menjadi tim inti Kabupaten Banyuwangi, sementara siswanya sejauh ini banyak bertanding di turnamen terbuka.
Zahir disebutnya hanya bisa mengikuti turnamen terbuka karena belum bisa mengikuti kejuaraan yang diselenggarakan pemerintah karena terbatas dari segi usia, yaitu masih 13 tahun
Ia dan pihak sekolah juga disebutnya belum mengajukan nama Zahir kepada pihak terkait, karena secara pengalaman, ia juga dulu pernah merasa diberi harapan palsu oleh KONI Banyuwangi.
"Saya dulu waktu sebagai atlet juga tidak ada apresiasi sama sekali. Mungkin saya tidak mengajukan ke pemerintah, tetapi saya hanya mendapatkan janji-janji saja," lanjutnya.
Ia yang pada 2014 meraih juara 2 dalam gelaran Kejuaraan Nasional (Kejurnas) di Sidoarjo mengatakan Ketua KONI Banyuwangi kala itu memberikan janji kepadanya bahwa yang mendapatkan juara 1 hingga 3 untuk datang langsung ke kantor KONI untuk menerima apresiasi.
"Saya ingat waktu itu saya dengan ayah saya bawa piagam dan medali ke kantor KONI, ternyata katanya sudah ada yang ngatur, dan sampai saat ini saya belum dapat," urainya.
Dikonfirmasi terkait dugaan kurangnya apresiasi pemerintah kepada atlet berprestasi, Ketua Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) Banyuwangi I Wayan Redita mengaku belum tahu soal atlet tersebut.
"Apresiasi dari pemerintah kalau atlet (bertanding) melalui FORKI," terang Wayan.
Ia melanjutkan, secara regulasi atau aturan resmi, atlet yang berlaga dengan mewakili perguruan masing-masing masih belum bisa mendapatkan apresiasi pemerintah, melainkan harus dikirim untuk bertanding melalui FORKI.
Terkait usia, Wayan mengatakan bahwa semua rentang usia dapat bergabung dengan FORKI karena nantinya akan digolongkan sesuai klasifikasi.
Untuk menjaring calon-calon atlet, FORKI melalui bidang prestasi pun disebutnya sering berkomunikasi dengan perguruan untuk meminta pelatih menampilkan atletnya di kejuaraan, untuk kemudian disaring lembaganya.
"Mungkin atlet yang tadi (Zahir) tidak pernah muncul di FORKI, sehingga FORKI tidak tahu keberadaan atlet tersebut," ujarnya.
Agar tak terjadi miskomunikasi di masa mendatang, ia pun meminta atlet untuk aktif memonitor, memunculkan dan mengirim atletnya ke kejuaraan serta aktif berkomunikasi dengan FORKI Banyuwangi.
"Nanti kita bisa minta atlet atau pelatihnya menemui saya. Saya ingin tahu prestasinya dulu," tandasnya.