Banyuwangi Dilanda Krisis Air Bersih, Warga Lima Kecamatan Terpaksa Hemat

Lahan pertanian mulai mengering akibat kemarau panjang
Sumber :
  • Anton Heri Laksana/ VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi –Musim kemarau panjang yang berlangsung tanpa tanda-tanda akan berakhir telah memicu krisis air bersih di sejumlah wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Lima kecamatan yang terdampak antara lain Kabat, Srono, Tegaldlimo, Bangorejo, dan Wongsorejo.

Desa Lumbung Air Kekeringan di Wongsorejo, Kemarau Panjang dan Perbaikan Irigasi Jadi Biang Keladi

Di kecamatan-kecamatan ini, warga mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan air bersih yang memadai untuk kebutuhan sehari-hari.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi bergerak cepat menanggapi situasi ini.

BPBD Banyuwangi Jemput Bola Salurkan Air Bersih ke Desa Sidodadi yang Dilanda Kekeringan

Menggunakan pendekatan jemput bola, BPBD secara rutin mendistribusikan air bersih kepada warga yang membutuhkan.

"Kami berusaha agar kebutuhan air bersih warga dapat terpenuhi, terutama di wilayah-wilayah yang paling parah terdampak," ujar Suwarno, staf BPBD Banyuwangi, yang mengutip pernyataan Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Banyuwangi, Yunus Kurniawan.

Warga Terpaksa Berhemat dalam Penggunaan Air Bersih

3 Pilar Kamtibmas Desa Klatakan Raih Penghargaan Anugerah Patriot Jawi Wetan II Tahun 2024

Kondisi di lapangan memperlihatkan bagaimana warga di lima kecamatan tersebut harus berhemat dalam penggunaan air bersih.

Air yang biasanya digunakan untuk keperluan rumah tangga, seperti mencuci dan memasak, kini harus dipakai seefisien mungkin.

Para warga di Kabat, Srono, Tegaldlimo, Bangorejo, dan Wongsorejo mengaku mulai membatasi penggunaan air dengan lebih ketat.

Di Wongsorejo, kecamatan yang berada di bagian utara Banyuwangi, kekeringan semakin terasa karena belum ada hujan dengan intensitas cukup untuk membantu meningkatkan pasokan air tanah.

Wongsorejo hanya mengalami hujan rintik yang tidak merata, yang sama sekali tidak cukup untuk mengatasi kekeringan.

“Cuaca panas dan hembusan angin hampir setiap hari dirasakan warga di Wongsorejo sejak musim kemarau panjang ini berlangsung,” ujar Suwarno.

BPBD Banyuwangi Terjun Langsung Distribusikan Air Bersih

Dalam menghadapi krisis ini, BPBD Banyuwangi tidak tinggal diam. Setiap hari, tim BPBD turun langsung ke lapangan mendistribusikan air bersih ke berbagai titik di lima kecamatan tersebut.

“Kami tidak hanya fokus pada lima kecamatan itu, jika ada laporan kebutuhan di kecamatan lain, kami juga akan turun dan jemput bola,” tambah Yunus Kurniawan.

BPBD Banyuwangi melakukan distribusi air bersih dengan mengunjungi desa-desa di kecamatan yang terdampak, memastikan setiap rumah tangga mendapatkan pasokan air bersih secara merata.

Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya daerah yang luput dari pendistribusian.

Distribusi air bersih ini penting dilakukan mengingat dampak kemarau panjang yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

Warga Menghadapi Musim Kemarau Panjang Tanpa Kepastian Hujan

Dampak kemarau panjang ini tidak hanya terbatas pada kesulitan memperoleh air bersih, tetapi juga menciptakan ketidakpastian bagi warga yang berharap pada curah hujan.

Di Wongsorejo, hingga kini belum ada hujan dengan intensitas sedang atau lebat. Hanya hujan rintik sesekali yang turun dalam waktu singkat dan hanya di sebagian kecil wilayah, sehingga dampaknya pada persediaan air tanah pun minim.

Menurut Suwarno, “Kondisi di Wongsorejo memang cukup parah karena hingga saat ini, warga hanya merasakan hujan rintik dalam sesaat dan itu pun tidak merata.”

Tidak hanya itu, kondisi cuaca panas ekstrem yang disertai angin kencang hampir setiap hari turut memperburuk situasi kekeringan di Wongsorejo.

Fenomena ini juga dirasakan di Kabat, Srono, Tegaldlimo, dan Bangorejo, yang masing-masing mengalami kondisi kekeringan dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.

BPBD Siapkan Rencana Mitigasi Jika Kemarau Berkepanjangan

BPBD Banyuwangi menyadari bahwa situasi kemarau ini mungkin belum akan berakhir dalam waktu dekat.

Oleh karena itu, mereka menyiapkan rencana mitigasi jika kemarau panjang terus berlanjut.

Selain distribusi air bersih, BPBD juga berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengantisipasi kemungkinan kekeringan yang lebih luas.

Menurut Yunus Kurniawan, distribusi air bersih adalah langkah darurat yang dilakukan BPBD sebagai bentuk tanggap bencana.

Namun, BPBD juga mengimbau warga untuk lebih bijak dalam penggunaan air bersih selama masa sulit ini.

"Jika kekeringan berkepanjangan, kami akan terus melakukan distribusi. Tapi kami juga berharap warga bisa berhemat dalam menggunakan air, mengingat ketersediaan terbatas," ungkapnya.

Selain itu, BPBD Banyuwangi juga mengimbau warga untuk melaporkan jika di wilayah lain terjadi kesulitan air, agar dapat segera mendapat bantuan.

“Kami mengajak masyarakat untuk bekerja sama dengan kami. Jika ada kecamatan atau desa lain yang terdampak dan belum mendapatkan pasokan air bersih, tolong sampaikan kepada kami,” ujar Yunus.

Krisis air bersih di Banyuwangi ini juga mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.

Musim kemarau panjang ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi Banyuwangi, namun pemerintah setempat terus berupaya memberikan solusi terbaik bagi warga yang terdampak.