Menelisik Vihara Avalokitesvara: Jejak Sejarah dan Pesona Spiritual di Kota Pematang Siantar
- tripadvisor
Wisata, VIVA Banyuwangi –Di tengah keramaian Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, terdapat destinasi wisata religi yang kental dengan nilai sejarah dan spiritualitas, yaitu Vihara Avalokitesvara. Terkenal karena memiliki patung Dewi Kwan Im tertinggi di Asia Tenggara, vihara ini menjadi pusat perhatian bagi wisatawan maupun umat Buddha yang datang untuk beribadah dan mencari ketenangan.
Sejarah dan Asal-Usul Vihara Avalokitesvara
Vihara Avalokitesvara, yang namanya diambil dari nama lain Dewi Kwan Im, dibangun sebagai tempat ibadah umat Buddha yang berada di Pematang Siantar dan sekitarnya. Dewi Kwan Im, dalam keyakinan Buddha Mahayana, dikenal sebagai simbol kasih sayang dan welas asih, serta dipercaya memiliki kekuatan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang memohon bantuan.
Vihara ini mulai dibangun pada tahun 2001, berkat dukungan komunitas Buddha dan pemerintah daerah setempat yang menginginkan keberadaan tempat ibadah yang megah dan menjadi ikon religius. Dengan waktu pengerjaan lebih dari dua tahun, vihara ini akhirnya diresmikan pada tahun 2005. Menariknya, Vihara Avalokitesvara tidak hanya melayani umat Buddha, tetapi juga terbuka untuk pengunjung dari berbagai latar belakang yang ingin mengenal lebih dekat budaya dan spiritualitas agama Buddha.
"Vihara ini tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol keharmonisan antar umat beragama. Kami berharap pengunjung yang datang dapat merasakan kedamaian dan nilai-nilai yang kami junjung tinggi."
Kemegahan Patung Dewi Kwan Im, Ikon Utama Vihara
Salah satu daya tarik utama Vihara Avalokitesvara adalah patung Dewi Kwan Im yang menjulang setinggi 22,8 meter. Patung ini bukan hanya yang tertinggi di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara, menjadikannya daya tarik internasional. Patung ini didesain dengan sangat rinci, menampilkan Dewi Kwan Im dalam pose yang melambangkan kasih sayang dan perlindungan. Terbuat dari bahan berkualitas tinggi, patung ini memiliki ketahanan terhadap cuaca, sehingga tetap kokoh dan megah hingga sekarang.