Bukan Hanya Osing! Menguak Keberagaman Bahasa Jawa di Banyuwangi Selatan

Situs petilasan mbah topeng bukti kebudayaan Jawa Mataraman
Sumber :
  • Galang Adi Pradipta/ VIVA Banyuwangi

Bahasa Jawa Mataraman di Banyuwangi Selatan

Bergeser ke bagian selatan Banyuwangi, kita akan menemukan masyarakat yang menggunakan Bahasa Jawa Mataraman. Bahasa ini merupakan dialek Jawa yang lebih sering ditemukan di wilayah Mataraman seperti Yogyakarta, Solo, Blitar, Kediri, Tulungagung, dan Madiun. Pengaruh Jawa Mataraman di Banyuwangi Selatan terjadi karena sejarah migrasi dan interaksi budaya.

Berbeda dengan Bahasa Using, Bahasa Jawa Mataraman memiliki tingkat tutur (ngoko, madya, dan krama) yang lebih kompleks seperti yang dikenal di Yogya-Solo. Tingkat tutur ini digunakan untuk menunjukkan tingkat kesopanan berdasarkan status sosial dan hubungan antarindividu. Perbedaan ini dapat ditelusuri dari sejarah dan letak geografis Banyuwangi yang strategis.

Sebagai daerah perbatasan Jawa Timur dengan Bali, Banyuwangi menjadi tempat bertemunya berbagai kebudayaan. Suku Using yang menetap di wilayah utara dan tengah adalah keturunan langsung Kerajaan Blambangan, sedangkan penduduk di selatan memiliki hubungan lebih erat dengan wilayah Mataraman. Bukti paling jelas terkait hubungan ini dapat dilihat dari penemuan petilasan salah satu orang Mataram yang pernah singgah dan menetap di Banyuwangi Selatan.

Tokoh ini sering disebut oleh masyarakat sekitar sebagai Mbah Topeng, dan peninggalannya telah dirituskan sebagai situs untuk melambangkan identitas wilayah Topeng Reges di Kecamatan Pesanggaran terutama Dusun Wringinagung.

Selain itu, perbedaan bahasa ini juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dan jalur perdagangan. Wilayah selatan Banyuwangi yang dekat dengan Jember dan Lumajang memiliki akses yang lebih mudah ke komunitas Jawa Mataraman, sehingga dialek tersebut menyebar ke masyarakat lokal. 

Multibahasa Banyuwangi