Perempuan di tengah tanjakan sebuah kisah mistis pengendara Jalur Cangar Mojokerto-Batu

jalur curam cangara
Sumber :
  • https://kominfo.jatimprov.go.id/

Gaya Hidup, VIVA BanyuwangiMalam telah larut ketika roda motor saya melaju di jalanan berkelok menuju Cangar, jalur pegunungan yang menghubungkan Kabupaten Mojokerto dengan Kota Batu. Kabut tebal turun perlahan, menyelimuti jalanan sempit yang diapit jurang di satu sisi dan tebing menjulang di sisi lainnya. Bagi sebagian orang, jalur ini adalah keindahan tersembunyi di siang hari, tetapi di malam hari, Cangar berubah menjadi tempat yang penuh misteri dan cerita mistis yang mencekam.

Awal Perjalanan: Sunyi yang Mencekam

Saya berangkat dari Mojokerto selepas maghrib, berharap bisa tiba di Batu sebelum tengah malam. Dengan motor sport tua yang sudah saya andalkan bertahun-tahun, perjalanan terasa lebih intim—hanya saya, angin malam, dan deru mesin motor yang memecah keheningan.

Begitu memasuki kawasan hutan Cangar, sinyal ponsel menghilang, dan penerangan jalan hampir tidak ada. Lampu motor menjadi satu-satunya penerang di tengah gelapnya malam. Angin dingin menusuk kulit, dan suara jangkrik terdengar nyaring di telinga. Di beberapa titik, saya merasa ada bayangan yang melintas di tepi jalan. Namun, setiap kali saya menoleh, hanya pepohonan yang berdiri kaku dalam kabut.

Penampakan di Tanjakan Curam

Ada satu titik di jalur Cangar yang  Sangat Curam. Legenda setempat mengatakan bahwa tempat itu sering dihuni oleh makhluk halus. Ketika motor saya mulai mendaki tanjakan tersebut, suara mesin tiba-tiba melemah dan terasa berat.

Dengan penuh konsentrasi, saya menggenggam stang motor erat-erat dan memacu mesin pelan-pelan. Tiba-tiba, di ujung tanjakan yang diselimuti kabut, saya melihat siluet wanita berdiri di tengah jalan. Rambutnya panjang terurai, dan gaunnya melambai tertiup angin.

Detak jantung saya berpacu cepat. Saya berusaha tidak menatap langsung ke arah sosok itu dan memacu motor lebih kencang. Begitu berhasil melewati tanjakan, saya menoleh ke belakang—sosok itu sudah lenyap dalam kabut.

Cerita dari Warga Sekitar

Sesampainya di sebuah warung kopi kecil di dekat puncak tanjakan, saya memutuskan berhenti sejenak untuk menenangkan diri. Penjaga warung, seorang bapak tua dengan topi lusuh, menyapa saya dengan ramah.

“Itu sering terjadi, Mas. Banyak pengendara motor yang melihat perempuan berdiri di tengah jalan. Katanya, dia korban kecelakaan di sini dulu. Kalau lewat malam-malam, jangan lupa klakson tiga kali dan baca doa ya, Mas,” ucapnya sambil menyuguhkan kopi hangat.

Saya hanya mengangguk sambil meminum kopi. Kata-kata bapak itu masih terngiang di telinga saya.

Suara Tangisan di Tengah Hutan

Perjalanan kembali berlanjut. Angin malam semakin menusuk, dan kabut semakin pekat. Di tengah jalan sempit yang diapit pepohonan besar, suara samar tangisan terdengar dari sisi kiri jalan.

Tangisan itu begitu menyayat hati, terdengar seperti seorang wanita yang meratap pilu. Saya mencoba fokus pada jalan, tetapi suara itu semakin mendekat, seakan-akan sosok itu sedang mengikuti saya.

Dengan tangan gemetar, saya meraih stang motor dengan lebih erat dan berdoa dalam hati. Mesin motor meraung kencang saat saya memacu kendaraan sejauh mungkin dari suara itu.

Jalur Cangar bukan hanya tentang tikungan tajam dan pemandangan indah di siang hari. Di balik keindahannya, tersimpan kisah-kisah misterius yang mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dan menghormati alam serta ‘penghuninya’. Banyak yang percaya bahwa kejadian-kejadian mistis ini adalah peringatan agar kita tidak sombong atau lalai saat melewati jalur ini.

Bagi Anda yang berencana melewati Cangar di malam hari dengan motor, satu pesan yang bisa saya sampaikan: pastikan kendaraan dalam kondisi baik, jangan lupa berdoa, dan jangan berhenti di sembarang tempat.

“Di balik setiap perjalanan malam di jalur Cangar, selalu ada cerita yang siap menghantui bagi mereka yang lalai.”

Itulah kisah saya saat menembus gelapnya jalur Cangar dengan motor tua kesayangan. Percaya atau tidak, pengalaman ini akan selalu teringat setiap kali saya melewati jalur itu lagi.