Dari Bubur Pedas hingga Kue Rasyidah: Menyelami Khazanah Kuliner Aceh Tamiang yang Menggugah Selera

Bubur Pedas hingga Kue Rasyidah Kuliner Aceh Tamiang
Sumber :
  • habanusantara

Kuliner, VIVA Banyuwangi –Aceh Tamiang, sebuah kabupaten yang terletak di pesisir timur Provinsi Aceh, menyimpan sejuta pesona, tak terkecuali dalam hal kuliner.

Di balik keindahan alamnya, Aceh Tamiang menawarkan khazanah kuliner tradisional yang kaya rasa dan bernilai historis.

Makanan tradisional di Aceh Tamiang merupakan perpaduan cita rasa Melayu, Aceh, dan Minangkabau, menciptakan harmoni rasa yang unik dan menggugah selera.

"Makanan tradisional Aceh Tamiang bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga cerminan budaya dan sejarah masyarakatnya," ungkap Bapak Ahmad, seorang budayawan Aceh Tamiang.

Ikon kuliner Aceh Tamiang yang tak boleh dilewatkan adalah Bubur Pedas. Berbeda dengan bubur pada umumnya, Bubur Pedas memiliki cita rasa gurih, pedas, dan sedikit asam.

Terbuat dari beras yang dimasak dengan aneka rempah dan dedaunan seperti daun kunyit, daun jeruk, dan serai, Bubur Pedas disajikan dengan aneka lauk pauk seperti ikan asin, kelapa sangrai, dan kacang tanah goreng.

Selanjutnya, ada Kue Rasyidah, kue tradisional yang menjadi simbol budaya Aceh Tamiang.

Kue ini terbuat dari tepung beras, gula, dan santan, dicetak dengan cetakan khusus yang menghasilkan motif bunga yang cantik.

Rasanya yang manis dan legit membuat Kue Rasyidah sering dijadikan hidangan istimewa dalam acara adat dan perayaan keagamaan.

Selain Bubur Pedas dan Kue Rasyidah, Aceh Tamiang juga memiliki beragam kuliner tradisional lainnya yang tak kalah menarik, seperti:

  • Kembang Loyang: Kue kering renyah dengan bentuk bunga yang cantik, sering disajikan saat lebaran atau acara hajatan.
  • Anyang Pakis: Sayur pakis yang dimasak dengan bumbu khas Aceh Tamiang, memiliki rasa gurih dan sedikit asam.
  • Gulai Ikan Asam Pedas: Gulai ikan dengan kuah asam pedas yang segar, menggunakan ikan segar dari sungai Tamiang.
  • Sate Matang: Sate daging sapi yang dibakar dengan bumbu khas Aceh, disajikan dengan kuah kacang dan acar.
  • Timphan: Kue tradisional yang terbuat dari tepung beras dan pisang, dibungkus dengan daun pisang dan dikukus.

Eksistensi kuliner tradisional Aceh Tamiang hingga kini tak lepas dari peran masyarakat yang terus melestarikannya.

Banyak keluarga di Aceh Tamiang yang masih mempertahankan resep turun temurun dari nenek moyang mereka.

Di samping itu, pemerintah daerah juga aktif mempromosikan kuliner tradisional Aceh Tamiang melalui berbagai festival dan acara kuliner.

Namun demikian, eksistensi kuliner tradisional Aceh Tamiang juga menghadapi tantangan di era modern ini.

Misalnya, masuknya makanan cepat saji dan pengaruh budaya asing dapat menggeser minat masyarakat, terutama generasi muda, terhadap makanan tradisional.

Oleh karena itu, upaya pelestarian kuliner tradisional Aceh Tamiang perlu terus ditingkatkan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  • Edukasi dan sosialisasi kepada generasi muda tentang pentingnya melestarikan kuliner tradisional.
  • Pengembangan kreasi kuliner tradisional dengan sentuhan modern tanpa menghilangkan cita rasa aslinya.
  • Pemanfaatan teknologi digital untuk mempromosikan kuliner tradisional Aceh Tamiang ke masyarakat luas.

Dengan upaya pelestarian yang berkelanjutan, kuliner tradisional Aceh Tamiang diharapkan dapat terus bertahan dan menjadi daya tarik wisata yang mendunia.

Keunikan dan kelezatannya mampu menciptakan pengalaman kuliner yang tak terlupakan bagi siapa pun yang mencicipinya.