Rujak Aceh: Lebih dari Sekedar Rasa, Mengungkap Jejak Sejarah, Mitos, dan Tradisi di Balik Sensasi

Rujak Aceh, Lebih dari Sekedar Rasa, Mengungkap Jejak Sejarah
Sumber :
  • nusantara news

Kuliner, VIVA Banyuwangi –Sebagai seorang jurnalis senior yang telah lama mencicipi asam garam kehidupan di Aceh, izinkan saya mengajak Anda menyelami lebih dalam tentang sebuah kuliner yang telah lama menjadi ikon Tanah Rencong: Rujak Aceh.

Kuliner ini bukan hanya sekadar perpaduan rasa yang menggoyang lidah, tetapi juga menyimpan segudang cerita tentang sejarah, mitos, dan tradisi masyarakat Aceh.

Menelusuri Jejak Sejarah Rujak Aceh

Berbeda dengan rujak di daerah lain yang umumnya menggunakan bumbu kacang, rujak Aceh justru mengandalkan perpaduan unik antara asam sunti belimbing wuluh yang dikeringkan, gula merah, terasi, dan cabai rawit.

"Rujak Aceh itu unik, bumbunya beda dari yang lain. Ada asam sunti yang bikin rasanya khas," ujar Nek Fatimah, seorang penjual rujak Aceh di Banda Aceh yang telah berjualan selama lebih dari 30 tahun.

Asal-usul rujak Aceh sendiri masih menjadi perdebatan. Ada yang berpendapat bahwa kuliner ini merupakan hasil akulturasi budaya Aceh dengan pedagang dari India, Arab, dan Tiongkok yang membawa rempah-rempah ke Aceh.

Namun, beberapa sejarawan meyakini bahwa rujak Aceh telah ada sejak masa Kerajaan Aceh Darussalam. Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa masyarakat Aceh pada masa itu telah mengenal berbagai jenis rempah dan buah-buahan yang menjadi bahan dasar rujak Aceh.