Tradisi Sedekah Bumi "Gelar Pitu dan Kopat Lodoh” Masih Eksis di Banyuwangi

Arak-arakan gunungan ketupat warga Kampung Baru
Sumber :
  • Jumroini Subhan

Banyuwangi – Setiap desa di Kabupaten Banyuwangi memiliki ragam tradisi yang diwarisi dari leluhur mereka. Salah satu dari tradisi tersebut adalah “Sedekah Bumi”, yang diadakan setiap tujuh hari setelah 1 Syawal, yaitu hari raya Idul Fitri.

Mengungkap Misteri Guel, Tarian Mistis dari Tanah Gayo yang Memikat Dunia

Tradisi Sedekah Bumi merupakan acara yang masih dilestarikan hingga saat ini, dan dilaksanakan di Dukuh Talun Jeruk, Dusun Kampung Baru, Desa Glagah, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. 

Pemangku adat Sanusi (65), menceritakan selamatan sedekah bumi, acara dimulai dengan mengarak barong dan ketupat gunungan di sekitar rumah penduduk, menyusuri gang dan area persawahan, hingga sampai di makam Buyut Saridin, yang merupakan leluhur warga Dukuh Talun Jeruk. 

Gandrung Sewu: Spektakel Budaya Banyuwangi yang Memukau

Di sana, diselenggarakan acara selamatan dan makan bersama, yang diikuti oleh orang yang mengikuti arak-arakan.

Sebelum diarak, ketupat gunungan dan barong terlebih dahulu disucikan dengan tujuh mata air yang ada di desa tersebut. Air suci kemudian dipercikkan pada ketupat gunungan dan barong sebagai simbol pensucian. Lantunan doa dibacakan oleh gambuh atau tetua adat sebagai upaya memohon keberkahan dan keselamatan.

Pesona Banyuwangi: Destinasi Wisata Terbaik yang Wajib Dikunjungi

“Kita selenggarakan setiap tahun, pastinya setelah 7 hari raya Idul fitri, atau biasa disebut orang sini lebaran kupat. Masyarakat sini guyub rukun untuk menggelar acara ini.” Terangnya. Sabtu (29/04/2023).

Tradisi Gelar Pitu merupakan warisan leluhur yang berharga dan menjadi bagian dari identitas masyarakat Banyuwangi. Dengan adanya upaya pelestarian, diharapkan tradisi ini dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya. 

Gelar Pitu berasal dari kata Gelar yang artinya menggelar atau menata, sedangkan pitu berarti pitutur atau ucapan. Jadi, jika diartikan, Gelar Pitu mengandung makna menata ucapan dari Buyut Saridin, seorang leluhur mereka yang telah memberikan tujuh wejangan kepada keturunannya.

Salah satu isi wejangan tersebut adalah keturunan Buyut Saridin diminta untuk melaksanakan Sedekah Bumi, yang dilaksanakan di halaman atau di tengah jalan.  

Acaran makan bersama di acara

Photo :
  • Jumroini Subhan

Selamatan itu dilaksanakan dengan berbagai hasil bumi dan gunungan yang berisi ketupat serta makanan yang ditempatkan menggunakan pelepah pisang atau biasa disebut Ancak. 

“Tradisi ini berlangsung sejak adanya wejangan mbah buyut Saridin sesepuh desa sini, makanya acara ini terus digelar tiap tahun.” Cerita Sanusi.

Dalam tradisi yang telah dilaksanakan turun-temurun ini, para warga dari berbagai usia berbondong-bondong mengikuti ider bumi mengarak gunungan tumpeng dari ketupat. 

Semua warga Dukuh Talun Jeruk berpartisipasi dalam acara ini dengan guyub dalam suasana gotong royong.

Sebelum makan Ancak Kopat Lodoh, warga berdoa agar desa mereka dijauhkan dari segala bencana dan sumber penyakit, karena ritual Gelar Pitu diyakini merupakan selamatan tolak balak.

Dukuh Talun Jeruk, sebuah pedukuhan di kampung Glagah, Banyuwangi, adalah rumah bagi masyarakat petani Osing yang menjalankan tradisi leluhur mereka dengan penuh pengabdian. 

Salah satu tradisi yang dipertahankan hingga kini adalah Kopat Lodoh, sebuah ritual sedekah bumi yang dilakukan dengan makan bersama. 

Ritual ini memiliki tujuan utama untuk memohon keselamatan dari segala bencana dan penyakit serta untuk menjaga keharmonisan antara masyarakat, alam, dan Tuhan.

Selain Kopat Lodoh, warga Dukuh Talun Jeruk juga menjalankan ritual Gelar Pitu yang dipercayai sebagai selamatan tolak bala. Khususnya dalam masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, Gelar Pitu menjadi penting dalam memohon keselamatan dan perlindungan dari segala malapetaka.

Budayawan Aekanu Hariyono menjelaskan bahwa masyarakat Osing masih mempercayai kekuatan ritual dalam berkomunikasi dengan sesuatu di luar dirinya. Mereka menyadari bahwa kehidupan manusia akan berjalan baik apabila keharmonisan dengan alam dan Tuhan tetap terjaga.

“Ini menjadi tradisi penting yang setiap tahun digelar sebab masyarakat osing masih mempercayai kekuatan ritual dalam berkomunikasi dengan sesuatu di luar dirinya.” Terangnya.

Dengan menjalankan tradisi Kopat Lodoh dan Gelar Pitu, warga Dukuh Talun Jeruk memperkuat tali persaudaraan antar warga dan mempertahankan warisan leluhur mereka dengan penuh kebanggaan.