Miris, Indonesia Menduduki Peringkat Ketiga dengan Tingkat Fatherless Tertinggi
- Pexels @Emma Bauso
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi –Peran ayah di dalam keluarga sama pentingnya dengan peran seorang ibu. Ayah tidak hanya bertugas mencari nafkah, akan tetapi kasih sayang dari seorang ayah sangat layak untuk anak dapatkan. Namun, hal ini kadang luput dari kesadaran seorang ayah dengan alasan, “Kan, saya sudah cari uang.”
Hart (2002) dalam Parmanti menegaskan bahwa ayah memiliki peran dalam keterlibatannya dalam pengasuhan anak yaitu:
1. Economic Provider
Ayah dianggap sebagai pendukung finansial dan perlindungan keluarga.
2. Friend & Playmate
Ayah dianggap sebagai “fun parent” serta memiliki waktu bermain yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu.
3. Caregiver
Ayah dianggap sering memberikan stimulasi afeksi dalam berbagai bentuk, sehingga memberikan rasa nyaman dan penuh kehangatan.
4. Teacher & Role Model
Sebagaimana dengan ibu, ayah juga bertanggung jawab terhadap apa saja yang dibutuhkan anak untuk masa mendatang melalui latihan dan teladan yang baik bagi anak.
5. Monitor and disciplinary
Ayah memenuhi peranan penting dalam pengawasan terhadap anak, terutama begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan, maka disiplin dapat ditegakkan.
6. Protector
Ayah mengontrol dan mengorganisasi lingkungan anak, sehingga anak terbebas dari kesulitan atau bahaya serta mengajarkan bagaimana anak seharusnya menjaga keamanan diri mereka terutama selagi ayah atau ibu tidak bersamanya.
7. Advocate
Ayah menjamin kesejahteraan anaknya dalam berbagai bentuk, terutama kebutuhan anak ketika berada di institusi di luar keluarganya.
8. Resource
Dengan berbagai cara dan bentuk, ayah mendukung keberhasilan anak dengan memberikan dukungan di belakang layar.
Ironisnya, Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan tingkat fatherless tertinggi. Jelas saja bukan sebuah prestasi membanggakan. Melainkan, seharusnya menjadi tamparan keras agar individu mau memperbaiki kesalahan.
Ekonomi menjadi faktor penyumbang utama terjadinya fatherless di Indonesia. Ayah seringkali tidak memiliki waktu mengurus anak di rumah karena telah mencari nafkah untuk kelurga.
Selain itu, adanya budaya partiarki membuat individu berpikir bahwa tugas domestik sepenuhnya menjadi tanggungjawab seorang ibu sedangkan ayah hanya mencari nafkah.
Fatherless diartikan sebagai kondisi tidak adanya kedekatan secara emosional dan fisik seorang anak dengan ayahnya.
Anak dikatakan fatherless ketika tidak berkomunikasi atau memiliki hubungan dengan ayah juga jika anak tersebut tidak memiliki ayah. Bisa disebabkan akibat orangtua bercerai atau kematian.
Dampak dari fatherless di antaranya:
1. Anak cenderung minder dan rendah diri serta suit beradaptasi dengan dunia luar.
2. Anak memiliki kemarangan psikologis yang lambat dan cenderung kekanak-kanakan.
3. Anak cenderung lari dari masalah saat menghdapi masalah.
4. Anak menjadi kurang bisa mengambil keputusan dan ragu dalam menghadapi situasi yang membutuhkan mengambil keputusan secara cepat dan tegas.
Pakar pengasuhan ayah, Irwan Rinaldi mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan pengasuhan yang ideal diperlukan peran ayah dan ibu yang memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak secara menyeluruh.