Laki-Laki Ahli Logika: Mitos atau Fakta? Bagaimana dengan Perempuan?
- Canva - Tima
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi –Logika sering diasosiasikan dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Dalam banyak budaya, laki-laki sering dianggap lebih unggul di bidang ini, sementara perempuan dikaitkan dengan sifat emosional. Namun, apakah anggapan ini berdasar? Bagaimana fakta sebenarnya jika dilihat dari perspektif ilmiah dan sosial?
Dominasi Laki-Laki di Bidang Logika
Laki-laki sering terlihat mendominasi bidang-bidang yang membutuhkan pemikiran logis, seperti sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Dominasi ini sering diasosiasikan dengan stereotip bahwa laki-laki lebih "brilian" atau berbakat secara intelektual. Misalnya, tokoh-tokoh seperti Nikola Tesla, Alan Turing, dan Stephen Hawking kerap dijadikan simbol kejeniusan logika.
Namun, anggapan ini sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh norma budaya dan sosial dibandingkan perbedaan biologis. Penelitian menunjukkan bahwa stereotip gender tentang logika dan kecerdasan berperan besar dalam membentuk ekspektasi dan peluang yang diterima laki-laki sejak dini.
Perempuan dan Logika: Tantangan dan Fakta
Di sisi lain, perempuan sering menghadapi hambatan stereotip yang mengasosiasikan "kebrilianan" dengan laki-laki. Studi yang dilakukan pada lebih dari 3.600 peserta menunjukkan bahwa ada kecenderungan implisit untuk menghubungkan kata "brilian" dengan laki-laki dibandingkan perempuan (Daniela et al, 2022). Stereotipe ini tidak hanya terlihat pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak, menunjukkan bagaimana norma ini diwariskan secara turun-temurun.
Penelitian ini juga menemukan bahwa stereotip gender ini ada di berbagai wilayah di dunia, termasuk Amerika Serikat dan negara lainnya. Hal ini menjadi salah satu alasan utama mengapa perempuan kurang terwakili di bidang yang dianggap membutuhkan "brilian," seperti STEM.