Meningkatnya Kasus Cuci Darah pada Anak: Apa Penyebabnya?

Ilustrasi Gagal Ginjal
Sumber :
  • https://unair.ac.id/waspadai-kelainan-irama-jantung-pada-pasien-gagal-ginjal-kronis/

Kesehatan, VIVA BanyuwangiBertambahnya kasus cuci darah di kalangan anak-anak mencerminkan peningkatan jumlah anak yang mengalami masalah pada fungsi ginjal, baik yang bersifat akut maupun kronis.

Rahasia Racikan Kopi Susu Ala Kafe yang Bikin Nagih!

Meningkatnya angka kasus cuci darah pada anak mencerminkan adanya masalah kesehatan yang serius yang memerlukan perhatian lebih.

Hal ini banyak diakibatkan karena banyaknya makanan dan minuman kemasan yang dijual bebas di pasaran. Khususnya yang mengandung banyak pewarna, pengawet dan pemanis buatan dalam kadar yang tinggi.

Apakah Skincare Viral di Tiktok Benar-benar Efektif? Ini Faktanya!

Banyak kasus yang sebenarnya dapat dicegah melalui penerapan pola hidup sehat, deteksi dini, dan edukasi masyarakat mengenai faktor risiko.

Dengan membahas isu ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal anak semakin meningkat, sehingga angka kejadian gagal ginjal dapat ditekan.

Foundation vs. BB Cream vs. Cushion: Mana yang Cocok untuk Kulitmu?

Hemodialisis dimulai dengan memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah pasien, yang berfungsi untuk mengalirkan darah ke mesin dialisis. Setelah itu, darah yang mengandung zat-zat sisa akan disaring melalui proses dalam mesin tersebut.

Darah dialirkan masuk ke salah satu ujung penyaring, lalu alat akan melanjutkan proses melalui serangkaian filter tipis. Setelah darah melewati filter tersebut, larutan dialisis akan menuju ke arah yang berlawanan di sisi luar filter.

Kemudian, limbah dari darah akan dikeluarkan melalui proses pembuangan dalam mesin dialisis. Sementara itu, darah yang telah disaring tetap berada di dalam filter dan akan dialirkan kembali ke tubuh pasien.

Setiap sesi hemodialisis berlangsung sekitar 4 jam dan harus dilakukan secara rutin, minimal dua hingga tiga kali seminggu. Layanan ini dapat diperoleh di rumah sakit atau klinik khusus cuci darah.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa jumlah kasus diabetes pada anak telah meningkat 70 persen sejak 2010 hingga 2023.

Perubahan dalam pola hidup yang berdampak pada kesehatan ginjal anak meliputi kebiasaan makan yang tidak sehat, terutama konsumsi garam tinggi dan makanan olahan.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan pola makan yang sehat, beraktivitas secara cukup, dan menghindari paparan yang berbahaya demi menjaga kesehatan ginjal anak.

Peran orang tua juga sangat memberikan pengaruh besar dalam upaya pencegahan. Dengan  memastikan bahwa anak-anak mengonsumsi makanan yang bergizi, rendah garam, dan menghindari makanan olahan agar kesehatan ginjal mereka tetap terjaga.

Dengan meningkatkan kesadaran dan melakukan pencegahan sejak dini, kita dapat membantu anak-anak untuk memiliki ginjal yang sehat, sekaligus mencegah kemungkinan komplikasi yang lebih serius di masa depan.