Belajar Dari TikTok Mahasiswa Banyuwangi Bikin Olahan Dan Dijual Ke Bazar Ramadhan
Banyuwangi –Event Bazzar UMKM pasar takjil yang dikemas "Ramadan Street Food Festival" di Banyuwangi, Jawa Timur, mulai awal dibuka dan berlangsung hingga sekarang.
Antusiasme masyarakat untuk berbelanja menu takjil dan lauk berbuka puasa pun tidak memudar. Terbukti dengan membludaknya para pengunjung yang datang di kegiatan pasar Ramadhan ini.
Hal tersebut tentu saja menjadi nilai positif bagi para penjual di pasar takjil Ramadhan. Selain itu saat pengunjung yang datang Setiap harinya selain membeli jajanan menu yang disuguhkan juga menjadi salah satu tempat untuk ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa.
Tak jarang dagangan yang di jual habis diserbu oleh pembeli. Pasalnya harga jajanan kuliner yang ditawarkan cukup murah dan lengkap, selain makanan takjil juga terdapat menu lainnya seperti lauk pauk, makanan khas Banyuwangi dan sebagainya.
Pada event pasar Ramadhan yang rutin setiap tahunnya digelar ini menjadi daya tarik tersendiri. Melihat kesempatan itu tidak hanya masyarakat sekitar lokasi saja yang berjualan, namun kesempatan ini juga dimanfaatkan semua pihak.
Dinda Novita Permatasari dan 9 orang temannya yang masih tercatat sebagai mahasiswa Manajemen Bisnis Pariwisata (MBP) yang kuliah di kampus Politeknik Negeri Banyuwangi atau (Poliwangi), ikut merasakan keuntungan dari berjualan disana.
Sudah menjadi kebiasaan dan tradisi masyarakat Banyuwangi, setiap bulan ramadhan untuk menunggu waktu berbuka puasa kegiatan yang biasa dilakukan yakni Ngabuburit. Biasaya warga Banyuwangi menyebutnya " Ngerandu Buko".
Lanjut tentang Mahasiswa poliwangi, Dinda mengungkapkan, banyak keuntungan yang didapatkan sejak awal dia bersama dengan temannya berjualan di pasar takjil Ramadan yang berada di Jalan Letjen Sutoyo, Kelurahan Tukangkayu, Kecamatan Banyuwangi itu.
Dalam sehari saja, keuntungan hasil mereka berjualan dengan laba sekitar Rp 100 ribu - Rp 250 ribu. Tentu saja, dengan keuntungan itu dapat membantu perekonomian mereka sebagai mahasiswa.
"Alhamdulilah produk yang kami jual setiap harinya, yakni 16 sandwich buah dan 41 mochi selalu habis," kata Dinda, perwakilan kelompok mahasiswa, Sabtu (8/4/2023) sore.
Dinda menyebut, adapun produk yang mereka jual di pasar ramhadan berupa olahan kue seperti sandwich buah, mochi dan potato. Untuk harga takjil yang mereka bandrol ditawarkan ke pembelinya hanya Rp 10 ribu per biji.
Selain itu dia juga menyampaikan, selain mendapat keuntungan berupa uang, mereka mengaku juga mendapatkan pembelajaran yang berharga dengan belajar berwirausaha.
Salah satu penyemangat untuk rutin menjajakan produk salah satu pemicu semangat yakni kepercayaan para pelanggan sehingga setiap kali jualan habis hanya dalam hitungan jam. sehingga untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap pembeli produk jajanan agar tetap diminati salah satu cara yakni mempertahankan cita rasa serta kebersihan baik makanan maupun lokasi berjualan.
Dengan berjualan seperti ini banyak hal yang didapatkan ia dengan 9 orang temannya seperti pengalaman sulitnya mencari uang, tak semudah yang ia bayangkan.
"Kerjasama tim sangat dibutuhkan di sini. Setelah kami pikir-pikir juga, ternyata mencari duit itu susah. Uang Rp 1.000 saja sangat berharga," ungkapnya.
Dinda menambahkan, kegiatan berjualan takjil yang dilakukan sekelompok mahasiswa itu ternyata bagian dari mata kuliah kewirausahaan.
Ia juga menceritakan pengalamannya dan perasaannya. Yang mana untuk menawarkan ke para pengunjung yang datang, itu tidak mudah apalagi ini pertama kalinya menjalankan usaha. Apalagi tantangan terberatnya adalah menentukan ide dan gagasan untuk berbisnis. Belum lagi sebelumnya menjumpai beberapa kali mengalami kegagalan di awal usaha.
"Kami tidak langsung berjualan di sini. Awalnya gagal, dan setelah beberapa kali percobaan pembuatan produk akhirnya berhasil," ujarnya.
Dinda menambahkan, sejumlah produk yang dijual itu berangkat dari ide referensi yang didapat dari media sosial. Untuk mengetahui bagaimana cara mengolah jajanan yang mereka jual sekaligus resep, dan untuk mendapatkan itu semua modal olahan mereka belajar dari tiktok.
Dengan begitu, kini ia mulai memahami meskipun ia tidak jalan sendiri, untuk itu dengan keberhasilan setelah semua ia lalui. Kerja tim sangat dibutuhkan, salah satunya dengan menyamakan frekuensi dengan tim.
"Intinya, banyak tantangan yang kami hadapi. Namun semuanya berhasil dilalui berkat kerjasama tim," tegasnya.