Gowi Nifufu: Lebih dari Sekadar Makanan Warisan Budaya Kota Gunung Sitoli yang Menggoda Lidah

Gowi Nifufu Lebih dari Sekadar Makanan, Adalah Warisan Budaya
Sumber :
  • cara makan

Kuliner, VIVA Banyuwangi –Di tengah pesona kuliner nusantara yang begitu beragam, Gowi Nifufu, sajian tradisional khas Gunung Sitoli, Sumatera Utara, menjadi salah satu kuliner yang tetap bertahan dan tak lekang oleh waktu. Hidangan ini bukan hanya tentang cita rasa, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam serta menggambarkan kehidupan dan budaya masyarakat Nias. Dikenal sebagai simbol keakraban dan kebersamaan, Gowi Nifufu kini tetap hadir dalam berbagai perayaan, memperkaya keragaman kuliner nusantara.

Sejarah dan Filosofi di Balik Gowi Nifufu

Gunungsitoli: Surga Tersembunyi Kuliner Tradisional yang Bikin Nagih!

Gowi Nifufu, dalam bahasa Nias, secara harfiah berarti "nasi tumbuk". Masyarakat Nias memperkenalkan hidangan ini sejak zaman dahulu sebagai simbol persatuan dan gotong royong, karena proses pembuatannya yang dilakukan bersama-sama. Melalui hidangan ini, orang Nias ingin menggambarkan bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam kehidupan bersama. Dalam upacara adat, Gowi Nifufu sering dihidangkan sebagai bentuk penghormatan bagi para tamu, memperlihatkan betapa eratnya rasa kekeluargaan di masyarakat Nias.

Tidak hanya sebatas makanan, Gowi Nifufu adalah simbol ketahanan dan kebersamaan. Pada masa lalu, makanan ini juga menjadi bekal berharga saat masa panen atau perjalanan panjang. Tradisi ini masih terus dijaga hingga kini, menjadi bukti bahwa nilai-nilai budaya tetap lestari melalui kuliner khas ini.

Keunikan Bahan dan Teknik Tradisional

Bekamal: Warisan Kuliner Suku Using Banyuwangi yang Menantang Waktu

Bahan utama Gowi Nifufu adalah beras ketan yang memiliki tekstur lengket dan rasa yang lezat setelah dimasak. Proses pembuatannya yang unik menjadi salah satu daya tarik kuliner ini. Beras ketan tersebut harus dimasak dengan cara yang cukup tradisional, biasanya menggunakan dapor ni'alomo atau alat masak dari tanah liat. Setelah matang, beras ketan kemudian ditumbuk dalam lesung kayu hingga halus dan padat.

Untuk menambah cita rasa, masyarakat Nias sering menambahkan taburan kelapa parut yang telah dipanggang. Rasa gurih dari kelapa berpadu dengan nasi ketan yang legit menciptakan kenikmatan sederhana namun memikat. Sebagian masyarakat juga menambahkan sedikit garam atau gula, tergantung pada preferensi masing-masing. Proses penumbukan yang membutuhkan tenaga dan kesabaran ini mengajarkan nilai kegigihan dan kerjasama, yang hingga kini menjadi kebanggaan masyarakat Nias.

Halaman Selanjutnya
img_title
Sibolga: Surga Kuliner Tersembunyi di Sumatera Utara yang Wajib Anda Coba!