Cucu Diinjak Perutnya Hingga Panggil Alm Papa, Nenek Korban Bully SDN Mojopanggung Ogah Damai

Nenek korban G menangis menolak damai
Sumber :
  • Fitri Anggiawati/VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi – Kerabat G, siswa kelas 6 SDN 1 Mojopanggung yang menjadi korban bullying teman-temannya menyampaikan kekecewaannya atas upaya perdamaian yang ditempuh lewat mediasi pada Rabu, 22 November 2023.

Puluhan Guru SMP Ikut Pelatihan Kesehatan Reproduksi

Kerabat tersebut adalah Nenek G yang bernama Untung, dan tantenya yang bernama Ayu. Keduanya datang setelah proses mediasi telah menemukan solusi damai. 

Perjanjian damai ditandatangani oleh ibu korban, orangtua 4 siswa yang terlibat, serta pihak sekolah yang disaksikan perwakilan dinas pendidikan, camat Giri serta Kapolsek Giri. 

Pohon Ditebangi OTK, Warga Pakel Banyuwangi Minta Pihak Tak Bertanggungjawab Berhenti Picu Masalah

“Sebagai nenek, saya tidak terima cucu saya diinjak-injak perutnya. Katanya “Papa, saya sakit,”. Dia sampai teringat ke almarhum papanya,” terang Untung kepada Banyuwangi.viva.co.id sambil terisak. 

Begitu juga dengan tante korban yang mempertanyakan keadilan yang didapatkan keponakannya. Ia meminta semua orang mengerti perasaannya dan memposisikan diri apabila menjadi dirinya. 

Ini Pesan Kepala Disdikbud Bireuen Kepada Kepala Sekolah dan Guru PAUD

“Jika dia anak ibu atau bapak, bagaimana rasanya. Dia anak yatim,” kata Ayu sambil menahan amarahnya. 

Ia juga mengurai bahwa perundungan yang dialami keponakannya tak hanya terjadi sekali, melainkan juga terjadi saat masih kelas 5 SD, namun saat itu berakhir tanpa penyelesaian karena kasusnya tak separah saat ini. 

Usai kasus ini viral, nenek korban sempat mengutarakan keinginannya untuk memindahkan G dari sekolah tersebut demi keamanan psikis korban. 

Kini, korban G berada di rumahnya untuk pemulihan dan beristirahat beberapa hari. Ia direncanakan akan kembali ke sekolah pada hari Senin, 27 November 2023 mendatang. 

Sementara itu, Kapolsek Giri AKP Endro Abrianto mengatakan bahwa pihak sekolah mengakui kejadian yang viral tersebut dan mengatakan hal tersebut sebagai kenakalan anak-anak di bawah umur. 

“Anak-anak harus mendapat pengawasan ketat, baik dari orangtua maupun pengajar sekolah,” Endro mengingatkan. 

Ia juga menyoroti tidak adanya guru pendamping saat peristiwa terjadi karena wali kelas tersebut tengah mendapat tugas kedinasan. 

Ke depan, sekolah akan membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait hal tersebut dan ia meminta sekolah memastikan bahwa kejadian serupa tak akan terulang kembali.