Dengan Cara Ini Mahasiswa Jember Sukses Tingkatkan Panen Padi Organik

Areal pertanian disemprot warga
Sumber :
  • Istimewa/ VIVA Banyuwangi

Jember, VIVA Banyuwangi –Segudang prestasi berhasil ditorehkan mahasiswa di segala bidang. Kali ini mereka berhasil menciptakan karya di sektor pertanian.

TKW Jember Terjebak Perdagangan Orang Keluarga Tuntut Transparansi Kasus

Adalah Kultur Keilmuan dan riset di Universitas Jember (Unej) yang berhasil menciptakan alat pembuatan pestisida ramah lingkungan.

Monoxenic Culture Bioreactor merupakan hasil karya dari Tim Xentoric Unej pada sektor pertanian.

Pantai Papuma Jember: Keajaiban Pasir Putih di Ujung Timur Jawa

Alat ini digunakan untuk memperbanyak senyawa Nematoda Entomopatogen untuk membuat pestisida organik.

"Selama penelitian, kami dimentori dosen Fakultas Pertanian. Ankarnadiansyah Pandu Pradana," ujar Ketua Tim Xentoric Unej, Deviana Fitria Astuti.

Jember: Permata Wisata di Tapal Kuda

Awalnya pembuatan Monoxenic Culture Bioreactor dilakukan pada lahan sawah seluas 70 hektar milik CV.

"Mampu menghasilkan beras organik 50-70 ton setiap 1 sirklus produksi," tutur Deviana Fitria Astuti.

Namun serangan hama seperti walang sangit menyebabkan terjadinya penurunan produksi sebesar 15-30 persen.

"Petani pernah menggunakan pestisida nabati dengan bahan dasar daun mimbar. Namun belum maksimal dan memiliki beberapa kendala," kata Deviana.

Hal inilah yang memberikan inspirasi untuk membuat teknologi untuk perbanyakan jumlah Nematoda Entomopatogen.

"Dalam memperoleh Nematoda, kami melakukan eksplorasi di bawah pohon bambu yang menjadi inang ideal dan kaya keanekaragaman," ungkap Deviana.

Dalam penerapannya, penyemprotan Nematoda Entomopatogen dengan dosis 15 liter per 1 hektar seminggu sekali atau dua kali mulai jam 6 pagi.

Setelah 1 bulan penerapan, hasil padi dipastikan panen petani akan memuaskan dari pada sebelumnya.

Tim Xentoric sendiri terdiri dari Deviana Fitria Astuti, Mohammad Novan Efendi dan Bela Indri Ayunita dari Program Studi Proteksi Tanaman.

Ada juga Muhammad Badar Alfath dari Program Studi Penyuluhan Pertanian dan Sheinka Amalia Gisna dari Program Studi Agribisnis Pertanian.