Tawon Vespa Kuliner Ektrim Khas Banyuwangi
- Jumroini Subhan
Banyuwangi – Masakan tradisional suku Osing di Banyuwangi sangat unik dan kadang terbilang ekstrem. Salah satu makanan yang sangat berbeda adalah tawon Vespa.
Tawon ini dianggap sangat berbahaya dan menakutkan oleh sebagian besar masyarakat, tetapi menjadi hidangan istimewa bagi warga suku Osing.
Tawon Vespa affinis adalah jenis tawon yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian jika menyerang manusia.
Di beberapa wilayah, tawon ini sering menjadi target pengejaran oleh petugas pemadam kebakaran karena sarangnya bertempat di pemukiman warga.
Namun, di Banyuwangi, tawon Vespa atau yang biasa disebut masyarakat suku Osing tawon Endas menjadi hidangan yang konon sangat lezat.
Perburuan tawon Vespa atau Endas sudah dilakukan oleh suku Osing, suku asli Banyuwangi, sejak lama. Bahkan konon sejak nenek moyang mereka.
Herman (45), salah satu pemburu tawon Vespa, menjelaskan bahwa mengambil tawon Vespa yang sarangnya berada di dalam tanah tidak mudah.
Sekarang, Herman merencanakan untuk mengambil tawon Vespa yang sarangnya berada di dalam tanah di lereng sungai Stail Dusun Krajan Desa Purwodadi Kecamatan Gambiran, Banyuwangi.
Meskipun belum pernah melakukan sebelumnya, dia yakin bisa melakukannya dengan aman.
Herman harus super hati-hati Jika jenis tawon Vespa yang sarangnya berada di dalam tanah. Tawon ini terkenal sangat agresif, dan jika diganggu, mereka akan menyerang dengan ganas.
Sebelumnya, Ia harus mempersiapkan alat seperti obor dan kapas yang sudah diberi bensin serta alat berupa bambu yang panjang agar tidak terlalu dekat jika diraih.
“Saya persiapkan dulu alat – alatnya seperti obor dan kapas yang sudah diberi bensin serta alat berupa bambu yang panjang.” Terangnya.
Tawon Vespa biasanya tidak terlihat jika sarangnya ada di dalam tanah, dan posisinya sulit dijangkau. Oleh karena itu, Hermawan membutuhkan strategi khusus agar bisa mengambilnya dengan aman.
Jika sarang tidak terlalu dalam, Hermawan menggunakan kapas yang diberi sedikit bensin untuk dimasukkan ke dalam lubang sarang tawon. Hal ini dilakukan agar semua tawon tetap berada di dalam sarang.
“Pengambilan sangat sulit jika posisinya ada di dalam tanah, kita pakai obor untuk menghalau dilubang besar. Pakai kapas jika lubang kecil kenapa saya buat begitu, itu untuk menghadang agar semua tawon tetap berada di dalam sarang,” ceria Herman.
Setelah menunggu beberapa menit, tawon yang berada di dalam sarang menjadi lemah, sehingga Herman dapat mengambilnya dengan mudah.
Ketika sudah mendapat buruan berupa tawon endas, Herman langsung mulai membersihkan. Ia memisahkan tawon tua dari yang masih muda bahkan yang masih menjadi larva, biasanya larva tawon endas berwarna putih kekuningan.
Bumbu yang dipakai sangat sederhana dan muda didapat. Lebih sering dimasak berkuah mirip sop, orang suku osing menyebutnya masakan sayur “Uyah Asam” atau lebih modern sekarang ini namanya “Sayur Kesrut”.
“Saya masak memakai bumbu sayur kesrut, nang kene jenenge jangan uyah asem. Kalau yang tawon tua biasanya kita goreng dulu baru kita campur ke sayurnya. Pokoknya mak nyuuusss...! mas.” Tambahnya.
Menurut Herman, kini mencari tawon jenis Vespa sudah mulai jarang didapat karena banyak warga yang sudah merasakan kelezatan masakan tradisional larva tawon Vespa.
Di Indonesia, tawon Vespa affinis dikenal sebagai tawon ndas yang telah menyebabkan beberapa korban jiwa.
Dalam sebuah koloni tawon Vespa, terdapat ratu, pejantan, dan pekerja. Jika dilihat secara visual, jenis tawon lebih besar.