Tradisi Unik Kebo - Keboan Yang Berasal Dari Banyuwangi

Kebo Keboan Adat Banyuwangi
Sumber :

Penyajian Desa Alamalang 

Tradisi kebo-keboan di Alasmalang berfungsi sebagai daya tarik pariwisata. Oleh karena itu penyajiannya banyak melalui proses modifikasi.  

Acara ini akan diawali dengan, syukuran bersama dengan makan bersama di sepanjang jalanan desa, sajian makanan terdiri dari 12 tumpeng dan lauk pauknya. Setiap jumlah sajian memiliki makna tersendiri, 12 tumpeng mewakili jumlah bulan dalam satu tahun, lalu jenang sengkolo sebanyak 5 porsi, jenang sengkolo mewakili jumlah hari pasaran dalam kalender Jawa, ada juga jenang suro sebanyak 7 porsi, jenang suro mewakili jumlah hari dalam 1 minggu, para pawang adat melakukan meditasi di tempat-tempat yang diaggap keramat. Tempat-tempat tersebut di antaranya, Watu Laso, Watu Gajah, dan Watu Tumpeng.

Setelah itu, kegiatan selanjutnya adalah mengarak tiga puluh manusia kerbau mengelilingi empat penjuru desa yang dipimpin oleh tokoh adat. Di setiap penjuru desa sudah disiapkan sesaji sebagai simblol penolak bala. Kegiatan arak-arakan tersebut biasa disebut ider bumi.

Dalam kegiatan ider bumi, tokoh yang menjadi manusia kerbau yaitu para petani. Gerakan yang dilakukan menyerupai kerbau yang sedang membajak sawah. Di belakang arak-arakan manusia kerbau, ada sebuah kereta yang terbuat dari berbagai hasil bumi. Kereta tersebut adalah kendaraan yang digunakan oleh Dewi Sri, yang melambangkan dewi padi dan dewi kesuburan.

Lalu kegiatan itu akan diakhiri dengan penanaman benih padi oleh manusia kerbau, yang diharapkan bisa memberikan panen yang melimpah. Selain itu, tokoh yang mempunyai peran sebagai Dewi Sri, mempunyai tugas untuk membagikan benih padi tersebut. 

Penyajian Desa Aliyan