Merayakan Warisan Budaya Nias Menyelami Pesona Ritual Famado Harimo di Gunung Sitoli

Warisan Budaya Nias: Menyelami Ritual Famado Harimo di Gunung Sitoli
Sumber :
  • Antara

Budaya, VIVA Banyuwangi –Bagi masyarakat Nias di Gunung Sitoli, ritual Famado Harimo adalah sebuah tradisi yang kaya akan makna dan signifikansi spiritual. Ritual ini berakar pada mitologi dan kepercayaan lokal, di mana patung harimau dianggap sebagai simbol pemurnian dan rekonsiliasi. Setiap tahun, warga desa berkumpul untuk membuang patung ini, meyakini bahwa segala pelanggaran, kesalahan, dan kejahatan dari tahun sebelumnya akan terbawa pergi bersama patung tersebut.

Setelah ritus pembuangan, para pemimpin desa mengadakan upacara Fondrakö, di mana hukum adat lama diperbaharui dan diganti dengan aturan baru jika diperlukan. Ini merupakan bentuk rekonsiliasi dan pembaharuan hukum untuk menciptakan harmoni di dalam masyarakat Nias.

Selain itu, ritual Famado Harimo juga memiliki dimensi filosofis yang mendalam. Masyarakat Nias percaya bahwa praktik ini memungkinkan mereka untuk menyeimbangkan kosmos dan menjamin kesejahteraan manusia. Patung harimau yang dibuang dianggap sebagai representasi dari segala bentuk ketidakseimbangan dan ketidakharmonisan yang harus dihilangkan.

Tradisi Famado Harimo juga terkait erat dengan mitologi dan legenda Nias. Menurut kepercayaan lokal, patung harimau ini berasal dari kisah tentang sembilan putra Raja Sirao yang diusir dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan tahta. Keturunan mereka kemudian menjadi penduduk pertama di Pulau Nias.

Meskipun pengaruh misionaris telah menyebabkan penurunan budaya Nias di masa lalu, upaya pelestarian budaya tradisional terus berlanjut hingga saat ini. Gereja Katolik Roma, misalnya, telah berperan dalam mengintegrasikan elemen-elemen budaya Nias ke dalam liturgi, arsitektur, dan seni.

Ritual Famado Harimo di Gunung Sitoli merupakan salah satu contoh nyata dari upaya masyarakat Nias untuk melestarikan warisan budaya mereka yang unik dan kaya. Melalui praktik ini, mereka tidak hanya merayakan identitas budaya, tetapi juga meneguhkan nilai-nilai spiritual, filosofis, dan sosial yang telah menjadi pondasi kehidupan mereka selama berabad-abad.