Sejarah Singkat Ritual Adat Barong Ider Bumi, Suku Osing Desa Kemiren
- istimewa
Banyuwangi – Ritual adat Suku Osing Kemiren, Banyuwangi acara Barong Ider Bumi berasal kata "Ider Bumi", kegiatan ritual warga Desa Kemiren merupakan salah satu kegiatan sakral yang digelar hari kedua Idul Fitri atau setiap 2 Syawal.
Kegiatan "Barong Ider Bumi" Jika diartikan penjelasan dari beberapa sumber merupakan kegiatan ritual masyarakat adat suku osing kemiren, sudah menjadi kegiatan ritual yang sudah turun temurun sejak dulu. sebagai salah satu kegiatan ungkapan syukur kepada Tuhan dengan mengelilingi bumi (kampung) atau tempat di mana berpijak.
Menurut sejarah, barong ider bumi lahir sekitar tahun 1840 ketika saat itu kondisi Desa Kemiren diserang wabah penyakit istilah (paceklik) menyebabkan banyak warga yang meninggal dunia.
Saat kondisi itulah satu sosok ditokohkan yang dikenal warga penduduk yakni Mbah Buyut Cilik yang hingga kini makamnya (kuburan) masih di jaga dan tokoh yang dipercayai sebagai nenek moyang yang disakralkan masyarakat.
"Sudah dari dulu, dan hingga sekarang masih di gelar," Ucap Kholiqul Ridho Sekretaris Disbudpar Banyuwangi, Minggu (23/04/2023).
Kholiq mengatakan Kegiatan ritual adat " Barong Ider Bumi" hampir sama seperti kegiatan adat di beberapa daerah Bumi Blambangan masih terjaga dan dilestarikan.
"Buyut Cilik, tokoh spritiual atau nenek moyang masyarakat Kemiren yang di tuakan sejarah adat ritual," jelasnya.
Lanjut Kholiq menceritakan, saat paceklik dulu, Buyut Cilik mengajak dan menyerukan kepada semua warga desa untuk melakukan arak-arakan barong sebagai ritual upaya bentuk tolak bala kepada Tuhan.
"Sejak saat itulah upacara adat barong Ider Bumi terus digelar dan diwariskan secara turun-temurun hingga saat ini," bebenya.
Artinya, ritual arak-arakan barong Ider Bumi merupakan ritual bersih desa sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta untuk tolak bala penyakit.
"Ritual ini dilaksanakan setiap tanggal 2 syawal yaitu pada hari raya kedua Idul Fitri," ujarnya
Dia menambahkan, meskipun saat pandemi kegiatan adat ritual sempat dilaksanakan tapi berbeda dan tidak semeriah sekarang.
"Pandemi, tetap digelar terbatas dengan protokol kesehatan," tutupnya