Dongkrek : Kesenian Daerah Pengusir Setan Dan Pagebluk

Festival parade dongkrek di Kabupaten Madiun
Sumber :
  • Www.madiunkab.go.id

Budaya, VIVA BanyuwangiDongkrek adalah Kesenian Daerah asli dari Kabupaten Madiun, tepatnya kesenian ini lahir di  Desa MejayanKecamatan MejayanKawedanan CarubanMadiunJawa TimurIndonesia. Kesenian ini berupa tarian dan iringan musik yang menceritakan usaha Raden Ngabei Ki Prawirodipuro dalam mengatasi pageblug mayangkoro, dimana saat itu masyarakat Mejayan terkena wabah penyakit, dikisahkan pagi harinya sakit sore harinya meninggal, begitu pun saat sore sakit maka paginya meninggal. Usaha Raden Ngabei Ki Prawirodipuro dalam mengusir pageblug mayangkoro inilah yang menjadi inti cerita dari kesenian dongkrek ini.

12 Lagu Daerah yang Pendek Lengkap dengan Liriknya

Dongkrek merupakan sebuah kesenian yang di dalamnya terdapat tarian. Dongkrek dulu diawali dengan gerak busana serta musik yang masih sederhana, karena di zaman dulu waktu awal penciptaan tari ini belum muncul ide serta masih terbatasnya alat pendukung kesenian. Hal ini menyebabkan kesenian Dongkrek tidak terlalu disukai oleh masyarakat karena gerakannya terlalu monoton.

Kegunaan dan manfaatnya adalah apabila Masyarakat Desa Mejayan terkena wabah penyakit, ketika siang sakit sore hari meninggal dunia atau pagi sakit malam hari meninggal dunia. Maka dari itu, Raden Prawirodipuro sebagai pemimpin Masyarakat Mejayan mencoba merenungkan cara bagaimana mengatasi wabah penyakit yang tersebut. Renungan, Meditasi dan Bertapa di Suatu Gunung yang tidak jauh dari Desa Mejayan. Pada akhirnya Ia mendapatkan petunjuk untuk membuat semacam tarian yang bisa mengusir balak tersebut.

Madiun Kampung Pesilat : Fungsi Budaya Dalam Membentuk Kerukunan Masyarakat

Dalam cerita tersebut wangsit menggambarkan para punggawa kerajaan roh halus atau pasukan Gondoruwo menyerang penduduk mejayan dapat diusir dengan menggiring mereka keluar dari desa mejayan, maka dibuatlah semacam kesenian yang melukiskan fragmentasi pengusiran roh halus yang membawa pagelebuk tersebut.

Dalam tiap pementasan dongkrek, ada tiga topeng yang digunakan para penari. Ada topeng raksasa atau ‘buto’ dalam bahasa Jawa dengan muka yang seram. Ada topeng perempuan yang sedang mengunyah kapur sirih serta topeng orang tua lambang kebajikan. Dan kalau ditarik kesimpulan, maksud jahat akhirnya akan lebur juga dengan kebaikan dan kebenaran sesuai dengan sesanti atau motto surodiro joyoningrat, ngasto tekad darmastuti. Dalam islam istilahnya, Ja’al haq wa zahaqal bathil. Innal Bathila kaana zahuqa.

Ternyata Batuk Seorang Soeharto Memiliki Maknanya Tersendiri

Dalam perkembangannya Kesenian Dongkrek ini mengalami pasang surut seiring berjalannya waktu, terlebih jika dtelisik dari napaktilas periode pergantian Tahun dan kondisi politik di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, kesenian dongkrek sempat dilarang oleh Pemerintahan Belanda untuk dipertontonkan dan dijadikan pertunjukan kesenian rakyat.

Akan tetapi menjadi beda lagi ketika masa kejayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, kesenian ini dikesankan sebagai kesenian Genjer-genjer, kesenian Genjer-genjer adalah sayap organisasi PKI yang dikembangkan untuk memperdaya masyarakat agar terkecoh dengan tipu daya PKI. Sehingga kesenian dongkrek mengalami masa pasang surut akibat imbas politik.

Halaman Selanjutnya
img_title