Menyelami Budaya Osing, Mengenal Tradisi Terbangan Khas Banyuwangi
- jumroini subhan
Banyuwangi – Di sebuah kampung di Bumi Blambangan Banyuwangi, ada sebuah tradisi arak-arakan yang biasanya dilakukan dalam pesta hajatan, dan terkadang juga dalam acara besar seperti maulidan dengan arak-arakan telor hias.
Tradisi arak-arakan ini melibatkan penggunaan alat musik yang dikenal oleh orang suku Osing sebagai "terbang". Istilah "terbang" merujuk pada alat musik rebana yang secara umum digunakan dalam percakapan sehari-hari masyarakat Osing Banyuwangi.
Di berbagai wilayah Banyuwangi, masyarakat suku Osing hidup sambil menjaga dan melestarikan seni budaya yang diperoleh dari leluhur mereka, termasuk di antaranya adalah terbangan khas Banyuwangi.
Misalnya, kita bisa melihat acara arak-arakan dalam sebuah pesta hajatan khitanan di sebuah kampung yang dihuni oleh suku Osing, seperti Desa Tampo, Kecamatan Cluring.
Acara itu melibatkan prosesi iring-iringan, dimana anak yang akan di khitan dinaikan kuda dan diarak keliling kampung sambil diiringi oleh musik terbang yang telah menjadi ciri khas suku Osing, yaitu terbangan.
Pelaku seni, Sony (56), menjelaskan bahwa seni terbangan sebenarnya adalah gabungan seni musik dan tari Kuntulan. Namun, perbedaannya terletak pada penari yang dimainkan, sedangkan dalam Kuntulan tidak hanya musik yang dipeelihatkan atau ditampilkan, tetapi juga penari yang dipentaskan.
"Seni tabuh terbangan memang tidak asing bagi banyak orang karena sebenarnya terbangan ini adalah bagian dari seni tarian Kuntulan. Namun, terbangan khas Banyuwangi ini tidak melibatkan gerakan tarian, melainkan hanya memainkan alat musiknya saja dan mengiringi gending atau lagu berbahasa Osing," jelas Sony
Menggelar tradisi unik bernama "Terbang Arak", sebuah prosesi yang dilakukan saat seorang anak menjalani khitan. Dalam acara ini, anak tersebut diarak menggunakan seni terabangan keliling kampung. Puncaknya, anak tersebut dinaikkan ke punggung seekor kuda yang menari mengikuti irama suara terbang yang dipukul oleh penabuh.
Suara terbang yang menggema dengan ritme yang enerjik membuat kuda terinspirasi untuk menari dengan lengkungan anggun yang seirama dengan alunan suara terbang. Namun, tak hanya kuda yang turut memeriahkan acara ini, tetapi juga barong Osing yang dimainkan sambil menari mengelilingi kampung.
Suku Osing di Banyuwangi terkenal dengan kehidupan mereka yang berkelompok dan konservatif. Mereka secara gigih mempertahankan warisan leluhur dalam bentuk seni, budaya, dan adat istiadat yang menjadi ciri khas komunitas mereka.
Sebagai salah satu suku tradisional yang mendiami daerah pesisir Jawa Timur, Suku Osing memiliki keterikatan yang kuat dengan leluhur mereka. Mereka memiliki keyakinan kuat bahwa menjaga dan melestarikan tradisi adalah kewajiban yang harus diemban oleh setiap individu dalam komunitas mereka.