Lehedalo Nifange, Cara Baru Menikmati Rendang yang Wajib Dicoba Sekali Seumur Hidup
- merah putih
Kuliner, VIVA Banyuwangi –Di tengah keragaman kuliner Indonesia yang kaya akan cita rasa dan filosofi, Lehedalo Nifange dari Kota Gunung Sitoli, Sumatera Utara, menjadi salah satu hidangan unik yang layak mendapat perhatian lebih. Kuliner khas Nias ini bukan sekadar hidangan; di balik racikannya yang sederhana, Lehedalo Nifange mengandung filosofi mendalam yang mewakili kekayaan budaya masyarakat Nias. Dalam bahasa setempat, "lehedalo" berarti "bubur," sedangkan "nifange" merujuk pada beras atau ketan yang merupakan bahan dasar utama dari hidangan ini.
Hidangan ini umumnya disajikan pada acara-acara penting, seperti pesta adat atau upacara keagamaan, sebagai simbol persatuan dan kekeluargaan. Eksistensinya hingga kini memperlihatkan ketahanan budaya lokal yang tetap bertahan di tengah perubahan zaman. Apa sebenarnya yang membuat Lehedalo Nifange begitu istimewa? Berikut adalah filosofi, resep, bahan, dan cara pembuatan kuliner tradisional yang menggugah selera ini.
Filosofi di Balik Lehedalo Nifange
Lehedalo Nifange bukan sekadar makanan, tapi sebuah simbol yang mencerminkan budaya masyarakat Nias yang menghargai kebersamaan. Bubur ini melambangkan “kepaduan,” yang mencerminkan persatuan antaranggota keluarga dan masyarakat. Dalam setiap penyajian Lehedalo Nifange, terselip pesan kebersamaan dan penghormatan terhadap leluhur. Filosofi ini terasa kuat saat Lehedalo Nifange disajikan pada acara-acara penting, di mana keluarga besar berkumpul dan berbagi hidangan ini sebagai bentuk ikatan kebersamaan.
Menurut seorang tokoh masyarakat di Gunung Sitoli, “Lehedalo Nifange memiliki makna yang dalam bagi kami. Setiap butirnya adalah lambang dari doa dan kebersamaan.”
Bahan-Bahan Tradisional yang Digunakan
Menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia di daerah Sumatera Utara, Lehedalo Nifange memanfaatkan ketan atau beras sebagai bahan utama. Berikut bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Lehedalo Nifange: