Tari Seudati, Warisan Budaya Aceh yang Mendunia
- https://maa.acehprov.go.id/berita/kategori/pusaka-dan-khasanah-aceh/tari-seudati
Budaya, VIVA Banyuwangi – Tari Seudati merupakan seni pertunjukan tradisional khas Aceh yang sarat makna dan nilai budaya. Tarian ini dibawakan oleh sekelompok laki-laki, umumnya delapan orang, yang mengandalkan kekompakan ritme tubuh dan syair-syair islami tanpa iringan alat musik. Kekuatan utama tarian ini terletak pada harmoni antara gerakan yang dinamis, hentakan kaki, tepukan dada, dan jentikan jari, yang berpadu dengan lantunan syair berirama sajak a-b-a-b.
Seudati bukan hanya sekadar tarian hiburan, namun telah lama menjadi media dakwah dan perjuangan. Tarian ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, berkembang pesat di daerah Pidie, Pidie Jaya, hingga Aceh Utara dan Bireuen. Dalam sejarahnya, Seudati digunakan oleh para ulama untuk menyampaikan ajaran agama Islam melalui seni. Salah satu tokoh penting di balik penyebaran Seudati adalah Syekh Abdurrauf As-Singkili atau Tgk Syiah Kuala, yang hidup pada masa Kesultanan Aceh di abad ke-17.
Struktur dan Unsur Tari Seudati
Dalam pertunjukan Seudati, setiap penari memiliki peran masing-masing. Seorang Syeh memimpin gerakan dan syair, dibantu oleh apeet wie dan apeet bak. Ada juga dua orang aneuk syahi yang melantunkan syair penuh pesan moral, agama, dan adat Aceh. Para penari mengenakan kostum khas: baju putih, celana panjang hitam, kain songket di pinggang, rencong, dan tengkulok merah sebagai penutup kepala.
Tari Seudati terdiri atas beberapa babak pementasan seperti Saleum Aneuk, Saleum Syeh, Likok, Saman, Kisah, serta bagian pembuka dan penutup dengan lantunan Gambus. Syair yang dinyanyikan bisa dibuat secara spontan oleh Syeh atau aneuk syahi yang berpengalaman, menjadikan setiap pementasan unik dan dinamis.