Bidadari Diceritakan Turun di Air Terjun Saat Bulan Purnama, ini Penjelasannya

Air terjun identitik dengan bidadari
Sumber :
  • agent wisata bromo

Budaya, VIVA Banyuwangi –Sejak zaman dahulu, air terjun telah menjadi sumber inspirasi dan misteri. Keindahannya yang memukau, suara gemuruh air yang jatuh, serta suasana sejuk dan mistis di sekitarnya, telah melahirkan berbagai cerita rakyat, legenda, dan mitos.

Curug Tujuh Bidadari Surga Tersembunyi atau Gerbang Dunia Gaib?

Yang paling populer adalah kisah tentang bidadari yang mandi di air terjun saat bulan purnama.

Kepercayaan ini tersebar luas di berbagai budaya di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke.

Bidadari Papua Antara Mitos, Legenda, dan Realitas di Negeri Mee

Setiap daerah memiliki versinya sendiri, dengan detail dan nama yang berbeda, namun inti ceritanya tetap sama: keberadaan makhluk surgawi yang cantik jelita, turun ke bumi untuk menikmati keindahan alam dan membersihkan diri di air terjun yang suci.

Mitos dan Legenda Bidadari di Berbagai Daerah

Di Jawa, misalnya, terdapat legenda tentang Jaka Tarub dan tujuh bidadari.

Bidadari di Langi' Toraja Antara Mitos, Ritual, dan Kerinduan akan Surga

Jaka Tarub, seorang pemuda yang sakti, mencuri selendang salah satu bidadari yang sedang mandi di air terjun.

Bidadari tersebut tidak bisa kembali ke kayangan dan akhirnya menikah dengan Jaka Tarub.

Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya kejujuran dan kesetiaan, serta menggambarkan keindahan dan kesakralan air terjun sebagai tempat yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia gaib.

Di Bali, terdapat kisah tentang Dewi Danu, dewi air dan kesuburan, yang bersemayam di Danau Batur.

Konon, pada saat bulan purnama, Dewi Danu dan para pengikutnya, yaitu para bidadari, akan turun ke air terjun untuk mandi dan bersuci.

Masyarakat Bali percaya bahwa air terjun yang disucikan oleh Dewi Danu memiliki kekuatan magis yang dapat menyembuhkan penyakit dan memberikan keberkahan.

Di Kalimantan, terdapat cerita tentang bidadari yang jatuh cinta pada manusia dan memilih untuk hidup di bumi.

Bidadari tersebut mengajarkan manusia tentang berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, seperti bertani, menenun, dan membuat kerajinan.

Kisah ini menunjukkan bahwa air terjun tidak hanya dianggap sebagai tempat yang sakral, tetapi juga sebagai sumber ilmu dan kebijaksanaan.

Makna Simbolik dan Kosmologi

Kepercayaan tentang bidadari di air terjun bukan sekadar cerita fiktif, tetapi juga mengandung makna simbolik dan kosmologi yang mendalam.

Air terjun, dengan airnya yang jernih dan mengalir, melambangkan kesucian, kehidupan, dan energi positif.

Bulan purnama, dengan cahayanya yang terang dan lembut, melambangkan keindahan, kesempurnaan, dan kekuatan spiritual.

Kehadiran bidadari di air terjun saat bulan purnama menandakan keselarasan antara alam semesta dan dunia manusia.

Masyarakat kuno percaya bahwa pada saat itu, energi spiritual di alam semesta mencapai puncaknya, sehingga memungkinkan makhluk surgawi untuk turun ke bumi dan berinteraksi dengan manusia.

Tradisi dan Ritual

Kepercayaan ini juga tercermin dalam berbagai tradisi dan ritual masyarakat.

Di beberapa daerah, masyarakat melakukan upacara adat di dekat air terjun pada saat bulan purnama.

Upacara ini bertujuan untuk menghormati para dewa dan leluhur, memohon keberkahan, serta membersihkan diri dari energi negatif.

Misalnya, masyarakat di sekitar Gunung Bromo melakukan upacara Yadnya Kasada setiap tahun pada saat bulan purnama.

Mereka melemparkan sesaji ke kawah Gunung Bromo sebagai bentuk persembahan kepada Sang Hyang Widhi dan memohon keselamatan serta kesejahteraan.