Memprihatinkan, Rokok menjadi Pengeluaran Terbesar Kedua Di Keluarga Miskin
- http://www.pexels.com/ @soginoto
Kesehatan, VIVA Banyuwangi –Berdasarkan survei dari badan kesehatan Indonesia 2023, tercatat 70 juta orang perokok yang diantaranya 5,9% adalah anak usia 10 sampai 18tahun. Angka yang cukup memprihatinkan.
Dalam hal ini seharusnya perlu penerapan aturan standardisasi kemasan pada bungkus rokok. Untuk upaya penurunan prevalensi perokok di Indonesia. Bahkan menurut data yang diterima Kementerian Kesehatan, rokok menjadi pengeluaran terbesar di rumah tangga. Dan kebiasaan ini banyak dilakukan oleh keluarga miskin.
Di Sumatera berdasarkan data Kepala Dinas Kesehatan menyatakan perawatan dari pemerintah untuk pasien akibat merokok mencapai Rp. 5,4 milyar. Berbanding terbalik dengan pendapatan dari iklan rokok hanya mencapai Rp. 150 juta saja.
Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk memperhatikan perokok yang masih anak-anak dan remaja. Karena 20 tahun ke depan pasti akan merasakan dampak yang serius dari merokok tersebut.
Selain itu, kenapa banyak masyarakat miskin yang merokok? Alasan salah satunya adalah kurangnya edukasi dari keluarga atau orang terdekat. Bahkan yang seharusnya uang bisa dialokasikan untuk kebutuhan makanan atau minuman untuk keluarga, digantikan dengan pentingnya membeli rokok setiap hari. Dan hal itu terbukti dengan makin tingginya perokok baru sebagai dampak maraknya iklan dan gaya hidup seperti merokok itu keren dan lain-lain.
Namun demikian, kemajuan Pemerintah salah satunya telah memasukkan dampak merokok dari kurikulum belajar dari SD, SMP sampai SMA/ SMK. Sehingga Pemerintah mengharapkan pemahaman kepada masyarakat tentang bahayanya merokok, termasuk rokok elektronik.