Dari Panarukan ke Situbondo: Mengungkap Sejarah Kabupaten yang Menawan

Monumen Anyer-Panarukan
Sumber :
  • ANTARA

Sejarah, VIVA Banyuwangi – Kabupaten Situbondo, sebuah daerah yang terletak di pesisir utara Jawa Timur, memiliki sejarah yang menarik dan perjalanan panjang yang membentuk identitasnya saat ini. Mari kita telusuri jejak-jejak masa lalu yang telah mengukir Situbondo menjadi kabupaten yang kita kenal sekarang.

Masa Kejayaan Panarukan

1,2 Juta Penumpang Dipredikasi Melintas di Pelabuhan Ketapang saat Nataru, Wamenhub Sidak!

Pada mulanya, Situbondo bukanlah sebuah kabupaten yang berdiri sendiri. Wilayah ini merupakan bagian dari Kabupaten Panarukan, sebuah daerah yang memiliki peran penting dalam sejarah Jawa Timur. Panarukan, dengan pelabuhannya yang strategis, menjadi pusat perdagangan yang ramai pada masa kolonial Belanda. Bahkan, nama Panarukan terukir dalam sejarah pembangunan "Jalan Daendels" yang legendaris, jalan raya yang membentang sepanjang pantai utara Jawa pada awal abad ke-19.

Perubahan Nama dan Identitas

Namun, seiring berjalannya waktu, Panarukan mengalami perubahan. Pada tahun 1972, di bawah kepemimpinan Bupati Achmad Tahir, Kabupaten Panarukan berubah nama menjadi Kabupaten Situbondo. Perubahan ini bukan sekadar pergantian nama, melainkan juga sebuah langkah untuk memperkuat identitas daerah. Nama "Situbondo" sendiri memiliki akar sejarah yang dalam, terkait dengan legenda Pangeran Aryo Gajah Situbondo, seorang ksatria yang dihormati di wilayah tersebut.

Legenda dan Warisan Budaya

Pantai Cermin, Surga Wisata di Jantung Sumatera Utara

Selain legenda Pangeran Situbondo, terdapat juga cerita rakyat lain yang mewarnai sejarah Situbondo. Salah satunya adalah kisah tentang asal-usul nama "Situbondo" yang berasal dari kata "Siti" (tanah) dan "Bondo" (ikat), menggambarkan keyakinan bahwa orang yang datang ke Situbondo akan terikat dan menetap di sana. Warisan budaya ini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Situbondo.

Halaman Selanjutnya
img_title