Menengok Kampung Bibit di Bondowoso, Penghasil Miliaran Rupiah
- Zainul Muhaimin/ VIVA Banyuangi
Bondowoso, VIVA Banyuwangi - Kabupaten Bondowoso merupakan daerah yang lebih dikenal sebagai kota tape atau salah satu penghasil kopi terbesar di Jawa Timur (Jatim). Namun siapa sangka, daerah yang diapit Kecamatan Jember dan Situbondo ini memiliki potensi lain.
Salah satunya adalah Kampung Bibit di Desa Jebung Kidul, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso. Kampung Bibit ini tercetus sejak tahun 2014 lalu berkat usaha personal dan hanya digarap 2-3 orang saja.
Pantauan Banyuwangi.viva.co.id, penyebutan Desa Jebung Kidul sebagai kampung bibit sesuai dengan kondisi perkampungan.
Warga setempat yang menggeluti usaha pembibitan tanaman memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk menjadi area persemaian bibit.
Baisuki, warga Dusun Karang Tengah, Desa Jebung Kidul misalnya. Warga yang baru saja menjalani usaha sebagai pembibit sejak tahun 2022 lalu tersebut memanfaatkan lahan kosong halaman depannya sebagai area persemaian bibit.
"Sebelumnya saya penjual pisang. Penghasilan setiap hari kisaran Rp 50 ribu - Rp 100 ribu," sebut Baisuki kepada Banyuwangi.viva.co.id, Rabu 20 Desember 2023.
Baisuki menceritakan awal dirinya tertarik menggeluti usaha pembibitan berdasarkan kesuksesan tetangga. Melihat kesuksesan tersebut Baisuki tergiur dan mulai mencoba menjalankan usaha serupa.
"Modal buat 1 andang Rp 1,2 juta. Tapi per andang itu bisa menghasilkan Rp 300 ribu – Rp 400 ribu per 15 hari atau Rp 600 ribu – Rp 800 ribu per bulan. Itu sudah keuntungan bersih," ungkap Baisuki.
Baisuki sendiri sekarang telah memiliki 9 andang. Total populasi bibit tembus Rp 500 ribu. Jika dikalkulasi, dari 9 andang itu Baisuki meraup untung bersih antara Rp 5,4 juta sampai Rp 7,2 juta per bulan.
"Hasilnya jauh kalau dibandingkan saat saya jualan pisang dulu," tutur Baisuki.
Bibit yang dirawat oleh Baisuk bervariasi, mulai dari terong, cabai hingga tomat.
“Begitupun dengan konsumen, ada yang dari Bondowoso sendiri bahkan dari Jember juga ada yang membeli bibit ke saya,” papar Baisuki.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Jebung Kidul, Ali Syamsidi mengatakan bahwa geliat ekonomi usaha pembibitan ini awalnya hanya dilakukan segelintir orang.
"Di tahun 2014 itu 2-3 orang saja. Tapi karena banyak pesanan, mereka meminta tetangganya ikut bantu membibit. Akhirnya perluasan usaha menjalar sampai sekarang tembus 350 pelaku usaha," ulas Ali.
Ke depan, Pemerintah Desa (Pemdes) berencana menggelontor bantuan berupa andang berbahan galvalum.
"Sejauh ini masyarakat kammi pakai andang bambu. Setahun sudah harus ganti. Kalau pakai galvalum bakal lebih awet," nilai Kades Ali.
Usaha pembibitan ini selain mensejahterakan warganya, juga dinilai bisa mengurangi angka kriminalitas di desa setempat.
"Dulu banyak pencurian dan pemuda mabuk-mabukan. Sekarang para pencuri dan pemabuk juga membibit. Alhamdulillah mereka berhenti berperilaku buruk," kata Ali.
Kades menyebut, dari 350 pelaku usaha itu punya jumlah andang bermacam-macam.
"Antara 4 sampai belasan andang. Paling tidak mereka dapat penghasilan per bulan Rp 3 jutaan," sebut Ali.
Jika dikalkulasi dengan jumlah pelaku usaha yang mencapai 350 orang, maka perputaran ekonomi di Kampung Bibit setiap bulan setidaknya mencapai miliaran rupiah.