Angin Kencang, Petani Cabai Merugi dan Terancam Gagal Panen
- Dovalent Vandeva Derico/VIVA Banyuwangi
Banyuwangi, VIVA Banyuwangi – Hembusan angin kencang yang melanda sejak memasuki bulan Juli lalu membuat petani cabai merugi. Tanaman cabai mereka terancam tidak berbuah dan gagal panen.
Budidaya penanaman cabai di Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, sudah menjadi mata pencaharian utama sebagian besar petani secara turun temurun. Malahan cabai Wongsorejo menjadi pemasok terbesar di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta.
Namun dalam musim tanam kali ini, sejumlah petani cabai mengeluhkan hembusan angin kencang yang melanda seluruh pertanian mereka sejak sebulan terakhir.
"Daun cabai banyak yang melengkung. Kondisi ini akan menyulitkan cabai untuk berbuah. Jika melengkung ke atas, masih bisa disemprot tapi jika melengkung ke bawah, agak sulit diatasi," ujar Sukardi petani cabai di Desa Alasrejo Kecamatan Wongsorejo Banyuwangi.
Kondisi angin kencang seperti sekarang ini membuat kebutuhan air untuk areal pertaniannya lebih banyak dari pada biasanya karena lahan pertanian akan lebih cepat mengering.
"Saya sekali menyiram membutuh waktu sekitar 10 jam menggunakan sumur bor besar dengan biasa Rp 600.000. Sedangkan menggunakan sumur bor kecil bisa sampai 18 jam. Biayanya pasti nambah," tambah Sukardi.
Dalam kondisi normal, panen cabai bisa dilakukan setiap minggu. Untuk areal seluas 8000 meter persegi, panen bisa mencapai 3 kuintal cabai petik.