Duh Kasihan, Rumah Warga Miskin di Lumajang ini Kondisinya Memprihatinkan

Atapo Rumah Seorang Warga Yang Hancur Parah
Sumber :
  • Achmad Fuad Afdlol/viva banyuwangi

Lumajang, VIVA Banyuwangi - Program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Lumajang ternyata masih belum sepenuhnya menjangkau seluruh masyarakat di wilayah Kota Pisang ini. Hal yang dibuktikan dengan adanya salah satu rumah warga yang rusak parah, tanpa adanya perhatian dari sejumlah instansi pemerintahan terkait.

Pelaku Nikah Dibawah Umur di Lumajang Sudah Ditahan Polisi?

Nasib naas itu, dialami oleh Ngatemo (48), warga Dusun Pasinan, RT/RW: 03/11, Desa Karangbendo, Kecamatan Tekung ini sudah hamper setahun lebih kondisi rumahnya yang rusak tanpa ada sentuhan dari pemerintah.

Dari pantauan awak media, rumah Ngatemo jika hujan akan masuk bebas ke dalam rumahnya, karena gentengnya banyak yang pecah dan jatuh.

Rumah Tim Sukses Bacabup Lumajang Dibondet OTK, Teror Pilkada?

Dinding samping kiri dan kanan sudah banyak lubang-lubangnya. Temboknya juga sudah banyak yang lepas kulitnya.

"Ya bukan hanya genteng yang pecah, kayu penyangga gentengnya itu sudah Patang sehingga gentengnya jatuh pecah," terang pria yang mencari pekerjaan seadanya ini.

PMI Ilegal di Malaysia Asal Lumajang Meninggal Dunia

Dan dijawab oleh Ngatemo, kalau tempat tidurnya juga tidak ada yang layak, semuanya sudah usang karena terlalu sering kena air hujan, jadi rusak.

“Kami bersama dengan pihak Pemerintahan Desa (Pemdes) Karangbendo sudah mempunyai sasaran langsung pada rumah dan prasarana lingkungan bagi masyarakat miskin, salah satunya milik Ngatemo ini,” kata Wakil Sekretaris LSM Lumajang Bergerak Satu Indonesia (LBSI) Kabupaten Lumajang, Himawan Wibisono, Minggu (23/7/2023) pagi tadi.

Kata Himawan, dari LSM LBSI sudah membuatkan proposal yang disetujui Kepala Desa (Kades) Karangbendo waktu itu, untuk dimohonkan kepada Badan Amil Zakat (Baznas) Kabupaten Lumajang, namun sampai detik ini masih belum ada realisasi.

“Kmi masukan proposal ke Baznas sudah sejak 16 Juni 2023 lalu, sudah sebulan masih belum ada realisasi, kasih kalau pas hujan,” ungkapnya lagi.

Dari penyampaian Ngatemo kepada awak media ini, dirinya memang pernah difoto, di data, tapi tidak pernah ada realisasi.

“Saya benahi teras saja itu dari dapat arisan di warga, setelah itu tidak bisa lagi melakukan perbaikan untuk yang lainnya, terhambat keuangan,” jawabnya kepada wartawan waktu itu.

Awalnya Ngatemo ini berjualan cilok keliling ke sekolah-sekolah, namun modalnya habis dibuat kebutuhan sehari-hari. Dan juga untuk biaya perawatan istrinya yang menderita penyakit kejiwaan kronis.

“Saya satu-satunya yang mencari nafkah penghasilan, dan dibuat untuk kebutuhan sehari-hari, biaya perawatan istri dan ibunya, juga buat biaya pendidikan anak-anaknya. Kami tidak pernah mendapatkan program bantuan dari pemerintah,” ucapnya polos. 

Atas kejadian seperti ini, LSM LBSI mengharapkan program kemiskinan segera diluncurkan dan tepat sasaran, karena program ini sebagai upaya dalam penanggulangan kemiskinan utamanya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, sekitar Rp 350 ribu sampai Rp 1,5 juta. 

Dan tujuan akhirnya, menurut LSM LBSI, program itu nantinya dapat menanggulangi masalah kemiskinan, memfasilitasi masyarakat dengan membuat lembaga-lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat agar mereka membuat program penaggulangan kemiskinan yang diusulkan oleh mereka sendiri.