Keumamah, Antara Aroma Khas dan Bisikan Gaib di Tanah Rencong

Keumamah, Antara Aroma Khas dan Bisikan Gaib di Tanah Rencong
Sumber :
  • sajian sedap

Kuliner, VIVA BanyuwangiKeumamah, atau yang lebih dikenal dengan sebutan “ikan kayu”, adalah makanan khas Aceh yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan tradisi masyarakatnya.

Terbuat dari ikan tongkol atau tuna yang direbus, diasap, dan dikeringkan hingga teksturnya menyerupai kayu, keumamah menawarkan cita rasa gurih dan aroma khas yang sulit dilupakan.

Namun, di balik kelezatannya, tersimpan pula sejarah panjang, urban legend, mitos, dan ritual mistis yang melingkupi kuliner unik ini.

Sejarah Panjang yang Mengakar Kuat

Konon, keberadaan keumamah telah ada sejak zaman kerajaan Aceh Darussalam.

Pada masa itu, keumamah menjadi bekal penting bagi para pelaut dan pedagang yang mengarungi lautan luas.

Proses pengawetan ikan secara tradisional ini memungkinkan mereka membawa persediaan makanan dalam waktu lama tanpa khawatir membusuk.

Urban Legend dan Mitos yang Menyelimuti

Seiring waktu, berbagai cerita dan mitos turun-temurun menyelimuti keumamah.

Ada yang meyakini bahwa keumamah memiliki kekuatan magis untuk menangkal bala dan mengobati penyakit.

Bahkan, beberapa masyarakat mempercayai bahwa aroma khas keumamah dapat mengusir roh jahat.

Meskipun belum terbukti secara ilmiah, cerita-cerita ini menambah daya tarik tersendiri bagi keumamah.

Keumamah dalam Bingkai Mistis Aceh

Di beberapa daerah di Aceh, keumamah tidak hanya dipandang sebagai makanan biasa, tetapi juga memiliki nilai sakral dalam upacara adat dan ritual keagamaan.

Misalnya, pada acara kenduri atau pesta pernikahan, keumamah sering disajikan sebagai hidangan wajib.

Hal ini menunjukkan bahwa keumamah memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Aceh.

Proses pembuatan keumamah terbilang cukup rumit dan memerlukan waktu yang lama.

Ikan tongkol atau tuna segar dibersihkan, dipotong-potong, lalu direbus hingga matang.

Setelah itu, ikan diasap dengan kayu bakar selama beberapa hari hingga kering dan berwarna kecoklatan.

Tahap terakhir adalah pengeringan di bawah sinar matahari hingga teksturnya benar-benar menyerupai kayu.

Lokasi Produksi Keumamah di Aceh

Meskipun keumamah dapat ditemukan di seluruh Aceh, namun ada beberapa daerah yang terkenal sebagai sentra produksi keumamah, di antaranya adalah:

- Aceh Besar: Daerah ini terkenal dengan keumamah yang berkualitas tinggi dan memiliki cita rasa gurih yang khas.

- Pidie: Keumamah dari Pidie memiliki tekstur yang lebih keras dan aroma asap yang kuat.

- Aceh Utara: Di daerah ini, keumamah diolah dengan cara tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.

Tradisi dan Ritual Masyarakat Terkait Keumamah

Selain sebagai hidangan lezat, keumamah juga memiliki peran penting dalam berbagai tradisi dan ritual masyarakat Aceh. Beberapa di antaranya adalah:

- Kenduri: Keumamah sering disajikan dalam acara kenduri sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.

- Pesta Pernikahan: Keumamah dihidangkan sebagai salah satu menu utama dalam pesta pernikahan sebagai lambang kemakmuran dan kebahagiaan.

- Acara Adat: Keumamah digunakan dalam beberapa upacara adat sebagai sesaji atau persembahan kepada leluhur.

Keumamah: Kelezatan Unik dengan Segudang Cerita

Dengan sejarah, urban legend, mitos, dan tradisi yang melingkupinya, keumamah bukan sekadar makanan biasa.

Ia merupakan warisan budaya yang kaya makna dan mencerminkan kearifan lokal masyarakat Aceh dalam mengolah dan mengawetkan makanan.

Jadi, jika Anda berkesempatan mengunjungi Aceh, jangan lupa untuk mencicipi kelezatan unik keumamah dan merasakan sendiri sensasi rasanya yang khas.