Teh Susu Medan: Warisan Kuliner yang Mempersatukan Masyarakat Urban

Teh Susu Medan: Warisan Kuliner yang Mempersatukan Masyarakat Urban
Sumber :
  • cookpad

Kuliner, VIVA Banyuwangi –"Teh susu telur bukan sekadar minuman, tapi juga ruang sosial yang merekatkan warga Medan," ujar Fikarwin Zuska,di Universitas Sumatera Utara.

Dalam hiruk-pikuk Kota Medan yang modern, tersembunyi sebuah warisan kuliner yang telah menjadi ikon dan pengikat sosial masyarakat urban: teh susu. Minuman sederhana ini tidak hanya memuaskan dahaga, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan dinamika sosial kota terbesar ketiga di Indonesia ini.

Filosofi di Balik Secangkir Teh Susu

Teh susu Medan, atau yang akrab disebut TST (Teh Susu Telur), lebih dari sekadar minuman. Ia adalah cerminan dari keterbukaan dan keberagaman masyarakat Medan. Di warung-warung TST, Anda akan menemukan orang-orang dari berbagai latar belakang etnis, agama, dan status sosial berkumpul, berbagi cerita, dan membangun koneksi.

"Warung TST menjadi ruang interaksi sosial yang menunjukkan karakter masyarakat Medan yang sangat terbuka," tambah Fikarwin. Fenomena ini menjelaskan mengapa Kota Medan memiliki daya tahan yang kuat terhadap isu-isu intoleransi dan politik identitas yang kerap mengguncang kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Resep Rahasia yang Terjaga

Meskipun resepnya sederhana, cita rasa TST Medan sulit ditiru. Berikut adalah bahan-bahan dasar untuk membuat TST:

  • 2 kantong teh
  • 200 ml air mendidih
  • 50 ml susu kental manis
  • 1-2 butir telur ayam kampung (opsional)
  • Gula secukupnya

Cara pembuatannya pun tidak rumit:

  1. Seduh teh dengan air mendidih
  2. Tambahkan susu kental manis
  3. Jika menginginkan TST, kocok telur hingga mengembang dan campurkan ke dalam teh susu
  4. Aduk rata dan sajikan hangat

Namun, rahasia sesungguhnya terletak pada kualitas bahan dan teknik penyajian yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Eksistensi di Tengah Modernitas

Di era di mana kafe-kafe modern bermunculan, warung TST tetap eksis dan bahkan semakin dicari. Fenomena ini menunjukkan bahwa TST bukan sekadar tren, melainkan bagian integral dari identitas kota Medan.

"Sepulang kerja, bertemu teman, nongkrong ataupun nonton, paling cocok di warung TST," ungkap Nizar, seorang pengunjung setia warung TST. Kenikmatan TST tidak hanya terletak pada rasanya yang khas, tetapi juga pada suasana yang tercipta di sekitarnya.

Kenikmatan yang Mempersatukan

TST menjadi saksi bisu dari berbagai diskusi, mulai dari politik lokal hingga rencana bisnis. Di warung TST, semua orang bisa menjadi "ahli" dalam berbagai bidang. Inilah yang membuat TST istimewa; ia tidak hanya memuaskan lidah, tetapi juga memenuhi kebutuhan sosial masyarakat urban Medan.

Tonggo Pardede, seorang pengunjung warung TST, berbagi, "Di sini, kami bisa membahas proposal pengolahan ikan red devil menjadi pupuk organik untuk Danau Toba. Ide-ide brilian sering muncul dari obrolan santai di warung TST."

Teh susu Medan bukan sekadar minuman. Ia adalah cermin dari jiwa kota Medan yang terbuka, beragam, dan dinamis. Di setiap tegukan TST, tersimpan sejarah, budaya, dan harapan masyarakat urban Medan. Dalam dunia yang terus berubah, TST tetap menjadi pengikat sosial yang mempersatukan warga kota dalam hangatnya secangkir minuman.