Membedah Makna di Balik Karya Sastra dengan Teori Strukturalisme
- https://upaninews.com/padre-de-la-linguistica-moderna-ferdinand-de-saussure-1857-1913/
Sastra, VIVA Banyuwangi –Setiap karya sastra memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar rangkaian kata-kata indah. Untuk menemukan pesan tersembunyi di balik cerita, puisi, atau novel, kita bisa menggunakan teori strukturalisme.
Pendekatan ini membantu pembaca memahami bagaimana unsur-unsur dalam karya sastra saling terhubung dan membentuk makna yang utuh. Yuk, kenali lebih jauh tentang teori strukturalisme dalam sastra agar kamu bisa membedah karya sastra dengan cara yang lebih kritis dan menyeluruh.
Latar Belakang Sejarah
Strukturalisme mulai berkembang pada era 1950-an dan 1960-an, khususnya di Prancis. Aliran pemikiran ini dipengaruhi oleh perkembangan ilmu linguistik, terutama gagasan dari Ferdinand de Saussure. Pada masa itu, banyak intelektual berupaya mencari cara baru dalam memahami sistem sosial dan kebudayaan.
Gerakan ini dengan cepat mendapatkan perhatian di kalangan akademisi Paris dan kemudian menyebar ke dunia Anglo-Amerika. Beberapa momen penting dalam perkembangan strukturalisme ditandai oleh publikasi karya-karya Claude Lévi-Strauss di bidang antropologi dan esai-esai Roland Barthes mengenai semiotika dan mitologi.
Pemikiran Saussure tentang bahasa sebagai sistem tanda menjadi fondasi utama bagi analisis struktural, yang kemudian memengaruhi tokoh-tokoh seperti Barthes. Barthes pun menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kajian sastra dan budaya, memperluas cakupan strukturalisme ke ranah kritik sastra.
Selain Barthes, pemikir lain yang berperan penting dalam pengembangan strukturalisme adalah Louis Althusser dan Jacques Lacan. Keduanya menggabungkan ide-ide strukturalis ke dalam teori Marxisme dan psikoanalisis. Para pemikir ini bersama-sama membentuk strukturalisme sebagai salah satu gerakan intelektual yang berpengaruh di abad ke-20.