Kupas Tuntas Teori Dekonstruksi, Membongkar Makna Tersembunyi dalam Sastra
- https://www.revuedesdeuxmondes.fr/jacques-derrida-passeur-de-limpossible/
Sastra, VIVA Banyuwangi –Pernahkah kamu membaca sebuah karya sastra dan merasa maknanya bisa ditafsirkan dari berbagai sudut pandang? Nah, di sinilah teori dekonstruksi berperan penting. Teori ini membantu kita untuk melihat bahwa makna dalam teks sastra tidak selalu tetap dan bisa berubah tergantung cara kita membacanya.
Dalam artikel ini, kita akan kupas tuntas apa itu teori dekonstruksi, siapa tokoh penting di baliknya, serta bagaimana penerapannya dalam menganalisis karya sastra secara lebih kritis dan mendalam.
Teori dekonstruksi adalah cara membaca teks secara cermat untuk menemukan bahwa sebuah karya sastra bisa punya makna yang saling bertentangan, bukan hanya satu arti yang utuh dan pasti.
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh filsuf asal Prancis, Jacques Derrida. Menurut Derrida, cara berpikir manusia di budaya Barat sering terjebak dalam oposisi biner (binary opposition), seperti: hitam/putih, laki-laki/perempuan, muda/tua, atau baik/buruk. Biasanya, salah satu sisi dianggap lebih unggul. Nah, lewat teori dekonstruksi, Derrida ingin menunjukkan bahwa batas antara dua hal itu sebenarnya bisa dihilangkan, bahkan bisa dipertanyakan kebenarannya.
Awalnya, teori dekonstruksi ini muncul sebagai kritik terhadap teori strukturalisme dan teori formalisme. Para strukturalis percaya bahwa semua kebudayaan, termasuk karya sastra, bisa dipahami lewat sistem tanda-tanda.
Tapi Derrida menolak ide bahwa makna dalam teks bisa dipatok atau punya “inti” yang pasti. Ia percaya, sebuah teks justru selalu terbuka untuk banyak tafsir yang tidak pernah bisa benar-benar diputuskan.
Beda dengan pendekatan formalis yang menganggap sebuah karya sastra pasti punya kesatuan makna yang jelas dari awal sampai akhir, dekonstruksi justru menunjukkan bahwa teks penuh dengan keragaman makna dan kontradiksi.