Potensi Ekonomi Seblang Olehsari Banyuwangi
- Hari Purnomo/ VIVA Banyuwangi
Budaya, VIVA Banyuwangi –Sudah lebih dari seratus tahun, tubuh Seblang menari dalam diam yang penuh makna. Sebuah ritual yang hidup dalam ingatan, dalam tubuh masyarakat desa Olehsari yang menghidupi sejarah seperti seseorang merawat api kecil agar tak padam di tengah hempasan angin dan perubahan musim.
Di setiap kepulan asap kemenyan dan bait mantra yang dilantunkan, ada jejak panjang dari satu dunia yang percaya bahwa roh leluhur tidak pernah benar-benar pergi. Seblang bukan sekadar seni pertunjukan. Ia adalah cara masyarakat Osing merawat, memanggil masa lalu, dan menjadikannya bagian dari kehidupan hari ini.
Dalam prosesi adat semacam itu kita menyaksikan bagaimana dunia masa lalu bertemu dengan dunia masa kini yang lebih bising bahkan berisik. Di titik inilah ritual adat Seblang, dipandang tidak hanya bernilai sakral, tapi juga potensial. Potensial untuk menjadi kekuatan ekonomi berbasis kebudayaan lokal.
Seperti kata Clifford Geertz, simbol bukan hanya penanda, tapi juga penopang makna sosial. Dan ritual adat Seblang adalah simbol itu sendiri. Seblang adalah tubuh penari yang transenden, rimbun mahkota yang penuh misteri, dan bahasa mantra yang diwariskan berabad-abad lamanya melintas antar generasi. Pengetahuan yang tertanam di dalamnya merupakan repositori pengetahuan budaya bagi masa depan.
Ritual adat Seblang bisa menjadi pintu untuk membuka jalan ekonomi kreatif berbasis pada spiritualitas dan identitas lokal. Dalam konteks ini, kita perlu mencermati nilai ekonomi yang tersembunyi di balik tiap langkah dan simbol ritual adat Seblang.
Mulai dari omprog beserta pakaiannya, yang bisa dikembangkan tanpa menghilangkan jiwanya; dari benda-benda sakral yang bisa diterjemahkan menjadi karya seni yang masih setia pada pesan leluhur. Entitas itu bisa diterjemahkan melalui seni kerajinan sebagai penghantar pesan pelestarian.
Maka perlu ada jalan tengah — bukan menjual habis, bukan pula menutup rapat setiap kesempatan. Melainkan membuka celah di mana kreativitas dan kearifan bisa berdialog dalam bahasa masa kini.