Mengungkap Keajaiban Festival Mejuah-Juah: Budaya, Mitos, dan Keindahan Tradisi Karo di Medan
- wanita medan
Budaya, VIVA Banyuwangi –Festival Mejuah-Juah adalah acara budaya tahunan yang memukau warga Kota Medan dan masyarakat Sumatera Utara dengan kekayaan budaya Karo yang menyatu dalam sebuah perayaan meriah. Mejuah-juah, dalam bahasa Karo, berarti "semoga sehat dan bahagia," sebuah salam hangat yang sarat makna. Festival ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga sebuah ruang untuk memperkenalkan filosofi, sejarah, dan kepercayaan masyarakat Karo yang telah ada sejak ratusan tahun. Dari asal-usulnya hingga ragam acara yang dihadirkan, Festival Mejuah-Juah memiliki nilai yang tak ternilai bagi masyarakat lokal dan Indonesia.
Asal Usul dan Filosofi Mejuah-Juah
Mejuah-juah memiliki akar yang sangat dalam pada masyarakat Karo, salah satu suku terbesar di Sumatera Utara. Nama ini merupakan ungkapan yang penuh harapan akan kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Istilah ini bukan sekadar kata-kata biasa, tetapi sebuah doa yang senantiasa hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo, terutama dalam acara besar seperti upacara adat, pernikahan, dan penyambutan tamu penting.
Festival Mejuah-Juah, yang awalnya merupakan acara syukuran sederhana, berkembang menjadi perayaan tahunan besar. Melalui festival ini, masyarakat Karo mengekspresikan rasa syukur dan kebersamaan, sambil memperkenalkan budaya mereka yang kaya kepada khalayak luas. Tidak hanya warga Karo, tetapi juga para pengunjung dari berbagai daerah tertarik untuk datang dan menyaksikan kemegahan budaya lokal yang ditampilkan di sini.
Mitos dan Kisah Mistis yang Menyelubungi Festival
Tak lengkap rasanya jika membahas budaya Karo tanpa menyebutkan kisah mistis yang melingkupi setiap ritual dan tariannya. Masyarakat Karo percaya bahwa tarian dan nyanyian yang dibawakan dalam Festival Mejuah-Juah memiliki hubungan dengan arwah nenek moyang. Tarian yang ditampilkan, seperti tarian Gundala-Gundala dan Landek, dianggap sebagai bentuk komunikasi dengan dunia spiritual. Konon, arwah leluhur akan menjaga dan melindungi masyarakat Karo selama mereka menjaga tradisi ini dengan tulus.
Salah satu mitos yang sering diceritakan adalah tentang roh penjaga desa yang disebut "Begu Ganjang." Mitos ini mengisahkan tentang roh tinggi besar yang dipercaya menjaga wilayah Karo dari segala macam marabahaya. Para penari dan peserta festival kerap memulai acara dengan doa atau ritual tertentu sebagai bentuk penghormatan kepada roh tersebut.