Pepes Oling, Kuliner Khas Suku Osing yang Kian Langka, Jadi Menu Istimewa Saat Berbuka Puasa

Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi –Pepes oling atau pepes sidat merupakan salah satu kuliner khas masyarakat suku Osing di Banyuwangi. Hidangan berbahan dasar ikan sidat (oling) ini dikenal memiliki cita rasa khas berkat perpaduan rempah-rempah yang meresap sempurna. Di bulan Ramadan, pepes oling menjadi sajian istimewa yang banyak dicari untuk menu berbuka puasa.

Namun, di balik kelezatan pepes oling, ada tantangan besar yang dihadapi oleh para pencari sidat. Menangkap ikan ini di alam liar bukanlah perkara mudah. Sidat yang hidup di sungai dan rawa memiliki sifat licin dan lincah, membuatnya sulit ditangkap dengan cara biasa. Selain itu, populasi sidat semakin menurun akibat faktor lingkungan dan eksploitasi berlebihan, sehingga para pencari harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan hasil tangkapan.

"Sekarang makin sulit cari sidat. Dulu di sungai dekat desa masih banyak, tapi sekarang harus jauh ke hulu atau cari di daerah yang airnya masih bersih," kata salah seorang warga yang masih melestarikan tradisi menangkap sidat.

Pepes oling tidak hanya sekadar makanan sehari-hari, tetapi juga memiliki nilai budaya yang erat kaitannya dengan tradisi masyarakat Osing. Hidangan ini kerap disajikan dalam berbagai acara adat dan ritual. Di bulan Ramadan, kelezatan pepes oling semakin dicari karena dipercaya memberikan energi dan daya tahan tubuh setelah seharian berpuasa.

Namun, dengan semakin langkanya sidat, masa depan kuliner khas ini pun menjadi pertanyaan. Jika tidak ada upaya pelestarian habitat dan budidaya sidat, bisa jadi pepes oling akan semakin sulit ditemukan, bahkan di momen-momen spesial seperti berbuka puasa di bulan Ramadan.