Jangan Ikut Ngabuburit Bareng Komunitas ini, Bila Tidak Ingin Telinga Sakit
- Jumroini Subhan
Banyuwangi – Sejumlah pemuda di Banyuwangi ngabuburit sambil mendengarkan musik keras, mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, namun bagi komunitas musik keras sudah menjadi kebiasaan yang sering dilakukan.
Bagi warga yang belum terbiasa mendengar musik keras, sebaiknya jangan mencoba ikut ngabuburit. Di lokasi terlihat seorang ibu yang dibonceng suaminya melihat dan turut serta dalam kegiatan tersebut.
Ibu itu terlihat aneh, dirinya bingung karena tidak biasa mendengar musik dengan volume suara tinggi. Meski sang ibu mencoba menikmati alunan musik, tapi tetap saja wajah sang ibu terlihat seperti orang bingung.
Melihat kejadian itu, Tim banyuwagi.viva.co.id mencoba mendekati dan bertanya, ibu itu menjawab saya tidak terbiasa telinga saya sakit, lalu ibu setengah baya itu meminta kepada suaminya agar diajak pulang.
Kegiatan ini berlangsung di lapangan Desa Glagah Agung, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi. Seperangkat sound system dipasang di atas truk fuso yang sudah didesain bak terbuka, dan diarahkan ke lapangan.
Semua penikmat musik keras yang dominan para pemuda itu bergerombol terpaku ditengah maupun di sisi samping lapangan, mereka senang menikmati dentuman bas dan treble dari sound system sembari menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit.
"Sambil ngabuburit saya dan teman-teman sengaja datang ke sini untuk mendengarkan suara musik yang sangat keras, sambil ngabuburit," kata Tatang kepada wartawan.
Bukan hanya itu, sejumlah pemuda sengaja datang ke lapangan sambil ngabuburit. Mereka tidak hanya berasal dari desa tersebut, tetapi juga dari desa-desa lain bahkan kecamatan lain.
Lokasi yang strategis membuat banyak warga berdatangan, mereka ngabuburit sambil mendengarkan suara yang sangat menggelegar dari sound system.
Tatang mengaku, sangat senang mendengarkan suara yang sangat keras dari sound system yang diangkut dengan mobil truk besar seperti fuso atau mobil tronton seperti halnya video di Medsos yang viral.
“Saya senang sekali, ini bagian dari kegiatan menunggu berbuka," jelasnya.
Kegiatan ini hanya dilakukan sesekali oleh warga desa selama ngabuburit.