2 PMI Banyuwangi jadi Korban Penyiksaan di Myanmar
- Moh. Hasbi
Banyuwangi –Beredar video konten Tiktok yang mana menayangkan dua PMI mengaku jadi korban penyiksaan di negara Myanmar, dan dipastikan 2 pemuda itu adalah warga Banyuwangi.
Dalam video tersebut kedua PMI menceritakan telah mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, yang mana di Tempat mereka bekerja mendapatkan siksaan.
Setelah ditelusuri kebenaran identitas 2 pemuda itu ternyata merupakan warga Desa Wonosobo, Kecamatan Srono, Banyuwangi. Kepastian identitas disampaikan oleh Sekretaris Desa Wonosobo, Rudi Siliworo Putro.
"Benar keduanya adalah warga kami, beralamat di Dusun Krajan Kulon, Desa Wonosobo," kata Rudi saat ditemui awak media, Rabu (24/5/2023).
Setelah dia mendapatkan informasi tersebut dirinya bersama dengan jajaran Pemdes setempat mendatangi rumah kedua pemuda tersebut.
Selanjutnya Rudi menerangkan bahwa identitas Kedua pemuda tersebut yakni Muhammad Ilyas dan Muhammad Sugiantoro, yang beralamat lengkap di Dusun Krajan Kulon, Desa Wonosobo, Kecamatan Srono, Banyuwangi.
Dari Informasi yang didapat dari keluarga, keduanya berangkat pada bulan Oktober 2022 lalu. Yang mana sebelumnya keduanya tidak memiliki pekerjaan, terpaksa karena kebingungan mendapat pekerjaan di Banyuwangi.
Saat mereka kebingungan pekerjaan, kemudian didatangi oleh kenalannya berinisial B yang beralamat di Judeg dan inisial S warga Desa Bagorejo, Kecamatan Srono.
Selanjutnya oleh kedua orang tersebut menawarkan kepada Ilyas dan Sugiantoro pekerjaan di Thailand. Yang mana biaya yang diminta hanya Rp 10 juta per orang.
Karena dirasa biayanya murah akhirnya menerima tawaran tersebut, selain itu juga disampaikan pemberangkatan dilakukan secara resmi atau legal.
Berharap dengan bekerja di luar negeri nasib keduanya bisa berubah lebih baik. Sementara Ilyas statusnya sudah memiliki istri. Sedangkan Sugiantoro masih lajang dan tinggal bersama orang tuanya.
"Istri saudara Ilyas dan orang tua Sugiantoro sempat keberatan. Namun karena tekad sudah bulat akhirnya tidak bisa mencegah keberangkatan keduanya," ujar Rudi.
Selanjutnya karena sudah yakin dan niat untuk merubah nasib bekerja di luar biaya Rp 10 juta diserahkan dan berbagai keperluan administrasi dilengkapi.
Hingga akhirnya tibalah saat mereka berangkat ke Thailand. Rupanya harapan mereka bekerja di tempat yang layak ternyata hanya buaian semata. Mereka digiring ke perbatasan Myanmar yang mana keduanya menjadi korban penipuan.
Mereka dipaksa bekerja bahkan disekap dan juga disiksa. Hingga akhirnya video kondisi keduanya menjadi viral trending dan menjadi atensi publik.
"Keluarga meminta agar kedua pemuda tersebut kembali dengan selamat dan utuh," tegasnya.
Sementara itu, pihak pemdes juga berupaya semaksimal mungkin mendampingi pihak keluarga. Rudi berharap kejadian seperti ini tidak ada lagi warga menjadi korban.
Jika ada seseorang yang tidak dikenal atau yang tidak jelas tidak jelas asal usulnya menawarkan bantuan atau apapun itu jangan langsung percaya dan diterima begitu saja.
"Karena dalam posisi seperti ini rawan untuk dimanfaatkan. Jadi harus dikonsultasikan dan hati-hati," ujarnya.
Lanjut Rudi, bahwa pihak pemdes telah berkoordinasi dengan Camat, Disnakertrans Banyuwangi dan menggandeng aparat penegak hukum (APH) untuk mengusut agen penyalurnya.
"APH akan menindaklanjuti dalam hal aspek pidananya. Yakni penipuan dan perdagangan manusia," tandasnya.
Sementara itu, Menanggapi vidio tersebut Koordinator Pos Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia atau (P4MI) Banyuwangi, Fery Meriyanto sudah melakukan koordinasi dengan pihak KBRI Myanmar.
"Kita menunggu hasil penanganan dari KBRI dan saat ini kami masih berkomunikasi intens dengan keluarga korban yang ada di Banyuwangi," kata Feri Pengurus (P4MI) Banyuwangi.