Kopi Tepi, Destinasi Wisata Ngopi Murah Meriah Bonus Kereta Lewat

Ngopi sambil menunggu kereta api melintas
Sumber :
  • Istimewa/ VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi –Berawal dari seringnya cangkruk bersama teman-temannya sambil melihat kereta api melintas di Lingkungan Beran Kelurahan Kebalenan, Faisal dan Tito akhirnya berinisiatif untuk membuka usaha berjualan kopi di atas sepeda motor. Berkat kerja keras keduanya, akhirnya Beran yang merupakan daerah pinggiran kota akhirnya menjadi destinasi wisata murah meriah. Mereka yang datang ke sana, duduk-duduk di pinggir rel kereta api yang letaknya berada di bawah sambil menikmati dagangan Faisal dan Tito.

Banyuwangi Raih Penghargaan Badan Publik Informatif

Lokasi destinasi wisata murah meriah yang ada di Lingkungan Beran ini masih berada di wilayah kota. Untuk menuju ke sana cukup muda. Dari Indomart Pakis menuju ke arah barat melewati Ponpes Cengho. Terus mengikuti jalan ke barat sampai jalan paving. Setelah melintasi rel kereta api, langsung belok kanan mengikuti jalan paving sampai jalan tanah. Di sana akan terlihat banyak kerumunan warga yang akan menikmati melintasnya kereta api. Dan tentu saja akan terlihat Faisal dan Tito yang berjualan minuman di sana, yang dikenal dengan nama Kopi Tepi. Warung kopi di tepi rel kereta api.

Dagangan Faisal dan Tito hanya sejumlah minuman, mulai dari minuman panas seperti kopi, sampai minuman dingin seperti es Milo, es Nutrisari, es Capucino dan mie instan cup. Sementara jajanan yang diperdagangkan berganti-ganti, sesuai dengan warga sekitar yang menitipkannya. Ada yang menitipkan sate pentol, sate ayam, rujak manis dan sebagainya. “Kadang-kadang juga nggak ada titipan Mas,” kata Faisal.

Inilah Penyebab Pupuk Bersubsidi di Wongsorejo Dijual Diatas HET, Pidana Menanti!

Faisal yang sehari-harinya bekerja sebagai guru di salah satu SLB di Banyuwangi itu, membuka usahanya sekitar satu tahun lalu. Bersama Tito yang sehari-harinya bekerja di sebuah home stay di wilayah Licin, mereka mulai membabat usahanya sedikit demi sedikit.

Faisal, pedagang kopi tepi

Photo :
  • Istimewa/ VIVA Banyuwangi
Pemkab Banyuwangi Beri Pendampingan Psikologis pada Orang Tua Korban Pembunuhan Kalibaru

“Awalnya pembelinya ya hanya teman-teman cangkruk kami, yang biasa melihat kereta api setiap sore di sini. Namun berkat promosi dari mulut ke mulut, akhirnya banyak juga anak-anak muda yang datang ke sini,” tuturnya.

Faisal membuka usaha warung kopi di sepeda motornya, mulai pukul 15.15 WIB. Mereka akan tutup sekitar menjelang Magrib. Selama Kopi Tepi buka, pengunjung akan disuguhi dengan melintasnya dua kereta api, yakni KA Probowangi jurusan Surabaya dan KA Pandanwangi dari Jember.

“Probowangi melintas di sini sekitar pukul 16.14 WIB, sedangkan Pandanwangi melintas sekitar pukul 16.49 WIB. Biasanya para pengunjung tidak langsung pulang, tapi mereka masih menikmati suasana sore di sana. Menjelang Magrib, pengunjung mulai pulang,” tambah Tito.

Berkat usaha promonya yang begitu gencar melalui media sosial, akhirnya destinasi Kopi Tepi mulai dikenal oleh seluruh warga kota Banyuwangi. Kini bukan lagi anak-anak muda yang datang ke sana, mulai dari anak-anak sampai orang tua banyak berdatangan ke sana. Mereka hanya ingin melihat kereta api sambil menikmati minuman dari Kopi Tepi.

Ramainya pengunjung di Kopi Tepi, ternyata juga mendapat lirikan dari para pedagang makanan keliling. Saat ini bukan hanya Kopi Tepi yang membuka usaha di sana, tapi juga ada yang berjualan pentol cilok, gohyong, maklor dan sebagainya. Malahan di sekitar lokasi Kopi Tepi, warga pemilik lahan mendirikan sebuah bangunan yang kemungkinan akan digunakan untuk warung. Namun sampai saat ini masih belum beroperasi, walau bangunannya sudah selesai.

Ngopi sambil menunggu kereta api melintas

Photo :
  • Istimewa/ VIVA Banyuwangi

Salah satu rombongan ibu-ibu dari Kelurahan Tukangkayu mengaku, awalnya mereka tidak tahu destinasi wisata murah meriah ini. Mereka mengetahuinya dari cerita mulut ke mulut beberapa temannya. Akhirnya mereka sepakat untuk pergi ke Kopi Tepi secara rombongan.

“Kami berniat membawa nasi bungkus, kue-kue dan sebagainya. Jadi ceritanya pindah makan. Tapi untuk minuman kami tetap membeli ke Kopi Tepi. Kasihan mereka kalau kami tidak membeli dagangannya. Dan ternyata tempatnya cukup menyenangkan, walaupun harus duduk di tikar di rerumputan. Banyaknya pengunjung di sana semakin membuat suasana menyenangkan. Apalagi saat kereta melintas, sapaan dan lambaian tangan pengunjung selalu disambut dengan senyum dan lambaian tangan oleh masinis,” tutur salah seorang ibu, Purwati.

Setelah satu tahun berjalan, usaha Kopi Tepi semakin ramai pengunjung. Yang semula hanya berada di atas sepeda motor dengan box kecil, kini telah membuat meja kecil. “Mudah-mudahan saja nantinya bisa membuka semacam cafe di sini,” harap Faisal sambil tersenyum.