Ricuh Usai Laga Liga 3, Suporter Persekabpas Serang Wasit dan Pemain Tornado FC

Suporter Persekabpas Serang Wasit dan Pemain Tornado FC
Sumber :
  • Reconstantine Jeneva Carravello/ VIVA Banyuwangi

Pasuruan, VIVA Banyuwangi –Pertandingan babak enam besar Liga 3 Nusantara antara Persekabpas Kabupaten Pasuruan melawan Tornado FC di Stadion R. Soedarsono, Kelurahan Pogar, Kecamatan Bangil, Kamis (13/2), berakhir ricuh. Ratusan suporter Persekabpas, yang dikenal dengan sebutan Sakeramania, merangsek masuk lapangan dan menyerang wasit serta pemain Tornado FC usai tim kesayangan mereka kalah dengan skor 1-2.

Kericuhan bermula ketika wasit Dwi Purba Wicaksana meniup peluit panjang tanda pertandingan usai. Kekalahan di kandang sendiri membuat emosi para pendukung Persekabpas memuncak. “Saya sangat kecewa dengan kepemimpinan wasit. Beberapa keputusan yang diambil terasa tidak adil dan merugikan tim kami,” ujar M. Rosul, Ketua Sakeramania.

Awal Ricuh: Wasit Jadi Sasaran

Setelah pertandingan berakhir, ratusan suporter turun ke lapangan. Awalnya, mereka menyerang wasit Dwi Purba Wicaksana yang sedang berjalan menuju ruang ganti. Wasit sempat dilempari botol air mineral oleh para suporter yang marah. Insiden tersebut semakin memanas ketika beberapa suporter menyerang pemain Tornado FC yang berada di bangku cadangan.

Para pemain Tornado FC mengalami tindakan kekerasan fisik. Beberapa di antaranya dipukuli dan dipentungi menggunakan tiang bendera tim Persekabpas. “Kami berusaha melindungi diri sebaik mungkin. Untungnya, petugas keamanan segera datang,” kata salah satu pemain Tornado FC yang enggan disebutkan namanya.

Kondisi Berangsur Kondusif Berkat Aparat Keamanan

Petugas TNI dan polisi yang berjaga di stadion langsung turun tangan untuk mengendalikan situasi. Mereka mengamankan wasit, asisten wasit, dan inspektur pertandingan. Aparat juga mengawal para pemain Tornado FC hingga mereka berhasil naik ke dalam bus yang disiapkan sebagai transportasi keluar dari stadion.

“Kerusuhan ini mencoreng nama besar Persekabpas. Kami menyayangkan kejadian ini, dan kami siap menerima sanksi dari PSSI,” ujar Gaung Andaka, manajer Persekabpas. Meski demikian, pihak manajemen Persekabpas juga berencana melayangkan protes resmi kepada PSSI terkait kepemimpinan wasit yang dianggap merugikan tim mereka.

Tekad Maksimal di Laga Terakhir

Kekalahan dari Tornado FC memang menjadi pukulan berat bagi Persekabpas, apalagi mereka sudah berada di babak enam besar Liga 3 Nusantara. Laga terakhir melawan PSGC Ciamis, Jawa Barat, akan menjadi penentu nasib mereka untuk lolos ke Liga 2. Manajemen tim dan para pemain bertekad tampil maksimal demi mempertahankan peluang promosi.

“Kami harus bangkit. Laga terakhir ini akan kami jadikan momentum untuk menunjukkan kemampuan terbaik,” tambah Gaung Andaka.

Kericuhan ini diperkirakan akan membawa sanksi serius dari PSSI, mulai dari denda hingga kemungkinan larangan bermain tanpa penonton. Insiden serupa di Liga 3 Nusantara sebelumnya sering kali menjadi alasan bagi federasi untuk mengambil langkah tegas demi menjaga sportivitas dan keselamatan pertandingan.

 

Pelajaran Penting bagi Semua Pihak

Kericuhan yang terjadi usai laga Persekabpas melawan Tornado FC menjadi pengingat penting bahwa emosi yang tak terkendali dapat berdampak negatif bagi dunia sepak bola. Semua pihak, baik pemain, ofisial, maupun suporter, harus bersama-sama menjaga semangat sportivitas demi kemajuan sepak bola Indonesia.

Laga terakhir melawan PSGC Ciamis akan menjadi momen krusial bagi Persekabpas. Jika berhasil meraih kemenangan, peluang promosi ke Liga 2 tetap terbuka lebar. Namun, semua itu hanya bisa terwujud jika mereka mampu menjaga fokus dan bermain dengan penuh semangat.