Karapan Kerbau, Tradisi Petani Lumajang Usai Panen Raya dan Jelang Musim Tanam
- Istimewa/ VIVA Banyuwangi
Lumajang, VIVA Banyuwangi –Kehidupan masyarakat di pedesaan seolah tidak lekang dan tidak terpisahkan oleh tradisi adat dan budaya. Tradisi-tradisi tersebut terus dilestarikan sebagai wujud syukur pada Tuhan dan melestarikan budaya peninggalan nenek moyang.
Seperti tradisi karapan kerbau yang dilakukan petani di Desa Sukosari, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Minggu, 19 Mei 2024.
Para petani tersebut menggelar karapan kerbau yang biasa digunakan untuk membajak di areal persawahan mereka.
Pada tradisi ini, kerbau-kerbau milik para petani tersebut akan beradu kecepatan di lintasan areal persawahan sejauh 300 meter.
“Kerbau yang bisa paling dulu tiba di garis finish, itu yang dinyatakan sebagai pemenangnya,” ujar Satori seorang petani.
Namun dalam aksi karapan kerbau tersebut tidak semudah yang terlihat. Dibutuhkan keahlian serta kemampuan khusus untuk bisa mengendalikan laju kerbau.
“Jika tidak bisa. Kerbau bukan hanya tidak mau lari kencang. Kadang kala lari kencang tapi justru keluar lintasan,” tutur Satori lagi.
Untuk mendapatkan kecepatan maksimal dari kerbau, diperlukan perlakukan khusus pada kerbau peserta sebelum mengikuti lomba.
“Agar bisa menjadi juara, pemilik kerbau memberikan ramuan jamu kepada kerbau yang akan mengikuti karapan berupa telur, kunyit, jahe, dan madu agar kerbau memiliki stamina yang kuat sehingga bisa mencapai garis finis dan menjadi pemenang,” kata petani yang satu ini.
Tradisi karapan sendiri ternyata bukan sekedar adu cepat kerbau milik petani namun merupakan tradisi yang wajib dilakukan.
“Karapan kerbau biasanya dilakukan setelah panen raya atau sebelum memasuki musim tanam padi,” jelas Satori.
Tradisi karapan kerbau sebagai wujud ucap syukur petani atas hasil panen yang melimpah serta berharap agar pada musim panen berikutnya padi bisa tumbuh kembang dengan baik.
“Ini sudah dilakukan sejak jaman nenek moyang dan terus dilestarikan hingga sekarang. Sebagai bentuk rasa syukur petani,” tambah Satori.
Pelaksanaan tradisi karapan kerbau juga dilakukan untuk menyambung tali silaturahmi para petani yang satu dengan lainnya.