Ai Nurhidayat: Menjaga Toleransi, Merawat Kebhinnekaan Lewat Sekolah Multikultural
- Dok. SMK Bakti Karya Parigi/ VIVA Banyuwangi
Ia meneruskan, siswa dari Kelas Multikultural di SMK Bakti Kayra Parigi secara keseluruhan berasal dari 45 suku dari 28 provinsi di Indonesia.
“Ada juga yang anak-anak buruh migran dari Malaysia,”tambahnya.
Melalui inisiatif Kelas Multikultural itu, Kang Ai terus berusaha membuat ekosistem pembelajaran yang mengintegrasikan antara siswa-siswa di sekolah dengan masyarakat sekitar untuk bersama-sama menumbuhkan rasa toleransi keberagaman.
“Inovasi ini sebetulnya untuk menguatkan semangat kebangsaan, semangat keberagaman, semangat bhinneka tunggal ika melalui praktek-praktek nyata yaitu pertemuan-pertemuan yang real dengan jangka waktu yang panjang, hidup bersama, menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari bersama-sama,” jelas Kang Ai.
Ia menjelaskan, isu toleransi dan perdamaian menjadi penting untuk menguatkan awareness masyarakat terhadap suku, budaya, ras, agama, serta identitas tertentu yang melekat pada individu-individu di Indonesia.
“Itu (Kelas Multikultural) tentu saja dapat menjadi pelajaran untuk orang bisa lebih konsen terhadap isu-isu toleransi, terhadap isu-isu keberagaman,” ungkap Ai.
Perjalanan panjang merawat ke-bhinneka-an yang dilakukan Ai Nurhidayat melalui program Kelas Multikultural di sekolahan SMK Bakti Karya Parigi miliknya ini membuat dirinya berhasil menyabet penghargaan Satu Indonesia Award 2019 di bidang pendidikan dari Astra.