Jangan Suka Oversharing! Ini Dampak Buruknya Menurut Psikologi

Dampak oversharing menurut psikologi
Sumber :
  • www.freepik.com

Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi – Pernahkah kamu bertemu seseorang yang baru dikenal, tapi langsung menceritakan masalah hidupnya yang sangat pribadi? Atau mungkin kamu sendiri tanpa sadar seringkali berbagi informasi detail tentang kehidupanmu di media sosial?

Rekomendasi Drakor Psikopat: Penuh Intrik, Misteri, dan Ketegangan yang Tak Terlupakan

Berbagi cerita memang bisa membuat kita merasa terhubung dengan orang lain. Tapi, tahukah kamu kalau terlalu banyak berbagi atau oversharing ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental?

Di era media sosial yang serba cepat ini, batasan antara privasi dan konsumsi publik menjadi semakin kabur. Apa saja yang kita bagikan di dunia maya dapat dilihat oleh siapa saja, bahkan berpotensi disalahgunakan.

Menjelajahi Dunia Magis, Rekomendasi Drakor Fantasi Sejarah Terbaik

Yuk, kita pahami tentang bahaya oversharing dari sudut pandang psikologi. Siapa tahu, setelah membaca artikel ini, kamu jadi lebih bijak dalam menjaga privasi dan kesehatan mentalmu.

Apa Itu Oversharing?

Oversharing adalah tindakan berbagi informasi pribadi yang terlalu banyak dan detail, bahkan yang seharusnya tidak perlu diketahui oleh orang lain. Informasi ini bisa berupa masalah keluarga, hubungan asmara, keuangan, atau hal-hal pribadi lainnya yang seharusnya dijaga kerahasiaannya.

Mengapa Kita Suka Oversharing?

Tidur Nyenyak, Hidup Lebih Baik: 7 Tips Ilmiah untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Anda

Secara psikologis, ada beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan oversharing:

1.      Kebutuhan akan Validasi dan Penerimaan

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penerimaan dari orang lain. Di era media sosial, oversharing bisa menjadi cara untuk mencari validasi dari orang lain melalui like, komentar, atau perhatian yang diberikan. Seseorang mungkin merasa lebih percaya diri dan berharga ketika mendapatkan banyak perhatian setelah berbagi informasi pribadi.

2.      Ekspresi Diri dan Identitas

Oversharing juga bisa menjadi bentuk ekspresi diri. Seseorang mungkin ingin menunjukkan siapa mereka, apa yang mereka yakini, atau apa yang mereka alami melalui informasi yang mereka bagikan. Mereka berharap orang lain dapat memahami dan menerima mereka apa adanya.

3.      Rasa Kesepian dan Kurangnya Koneksi

Beberapa orang melakukan oversharing karena merasa kesepian atau kurang terhubung dengan orang lain. Mereka berharap dengan berbagi informasi pribadi, mereka dapat membangun hubungan yang lebih dekat dan bermakna dengan orang lain.

4.      Pengaturan Emosi yang Tidak Efektif

Oversharing juga bisa menjadi cara untuk mengatasi emosi yang sulit atau pengalaman traumatis. Berbicara tentang masalah pribadi dapat memberikan perasaan lega dan mengurangi beban emosi. Namun, jika tidak dilakukan dengan tepat, oversharing justru dapat memperburuk kondisi emosional seseorang.

5.      Pengaruh Media Sosial

Media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi. Platform media sosial seringkali mendorong kita untuk terus berbagi informasi tentang diri kita, baik yang penting maupun tidak. Hal ini dapat menciptakan tekanan sosial untuk terus oversharing, agar tidak dianggap ketinggalan atau tidak menarik.

6.      Kurangnya Kesadaran Diri dan Batasan

Beberapa orang mungkin tidak menyadari batasan antara informasi pribadi yang pantas dibagikan dan yang tidak. Mereka mungkin kurang memahami dampak negatif dari oversharing atau tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk mengelola informasi pribadi mereka.

Dampak Buruk Oversharing

Oversharing atau berbagi informasi pribadi yang berlebihan, dapat memiliki konsekuensi negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis seseorang. Berikut adalah beberapa dampak buruknya dari sudut pandang psikologis:

1.    Kerentanan Terhadap Stres dan Kecemasan

Informasi pribadi yang tersebar di media sosial dapat menjadi sumber stres dan kecemasan. Seseorang mungkin merasa khawatir tentang bagaimana informasi tersebut akan diterima oleh orang lain, apakah akan ada komentar negatif, atau apakah informasi tersebut akan disalahgunakan. Kekhawatiran ini dapat memicu stres kronis dan bahkan gangguan kecemasan.

2.    Penurunan Harga Diri

Komentar negatif atau kurangnya perhatian dari orang lain setelah oversharing dapat merusak harga diri seseorang. Mereka mungkin merasa tidak berharga, tidak menarik, atau tidak pantas mendapatkan cinta dan perhatian. Hal ini dapat memicu perasaan malu, bersalah, dan bahkan depresi.

3.    Masalah dalam Hubungan Interpersonal

Oversharing dapat mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Orang lain mungkin merasa tidak nyaman atau risih dengan informasi yang terlalu pribadi, dan akhirnya menjauhi orang tersebut. Hal ini dapat menyebabkan perasaan ditolak, terisolasi, dan kesepian.

4.      Risiko Cyberbullying dan Pelecehan

Informasi pribadi yang dibagikan secara online dapat menjadi sasaran cyberbullying atau pelecehan. Orang lain dapat menggunakan informasi tersebut untuk mengolok-olok, mengancam, atau mempermalukan seseorang. Hal ini dapat memiliki dampak traumatis pada kesehatan mental korban.

5.    Ketidakstabilan Emosi

Oversharing dapat menjadi tanda ketidakstabilan emosi. Seseorang mungkin menggunakan oversharing sebagai cara untuk mencari validasi atau perhatian dari orang lain, atau untuk mengatasi emosi yang sulit. Namun, ketergantungan pada validasi eksternal dapat membuat seseorang menjadi tidak stabil secara emosional dan rentan terhadap perubahan suasana hati.

6.      Kecanduan Media Sosial

Oversharing dapat menjadi bagian dari kecanduan media sosial. Seseorang mungkin merasa perlu terus-menerus berbagi informasi pribadi untuk mendapatkan perhatian atau validasi dari orang lain. Kecanduan media sosial dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, hubungan interpersonal, dan kesehatan mental secara keseluruhan.

7.    Gangguan Identitas Diri

Terlalu fokus pada validasi eksternal melalui oversharing dapat mengganggu perkembangan identitas diri seseorang. Mereka mungkin menjadi terlalu bergantung pada pendapat orang lain tentang diri mereka, dan kehilangan kemampuan untuk menentukan siapa mereka sebenarnya dan apa yang mereka yakini.

Cara Berhenti Oversharing

Oversharing bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Dengan niat dan usaha, kamu bisa mengendalikan diri dan berhenti berbagi informasi pribadi secara berlebihan. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa kamu lakukan:

1. Kenali Pemicu Oversharing Kamu

Langkah pertama adalah mengidentifikasi situasi atau emosi apa yang membuat kamu ingin oversharing. Apakah kamu merasa kesepian, butuh validasi, atau sedang bersemangat ingin berbagi sesuatu? Dengan mengenali pemicu ini, kamu bisa lebih siap menghadapinya.

2. Tanyakan pada Diri Sendiri

Sebelum kamu memposting sesuatu di media sosial atau menceritakan sesuatu pada orang lain, tanyakan pada diri sendiri beberapa pertanyaan penting, Apakah informasi ini benar-benar perlu dibagikan? Apakah ada risiko negatif jika aku membagikan informasi ini? Bagaimana perasaanku jika orang lain tahu tentang informasi ini?

3. Tahan Diri Sejenak

Ketika kamu merasa dorongan untuk oversharing, coba tahan diri sejenak. Beri dirimu waktu untuk berpikir sebelum bertindak. Tarik napas dalam-dalam, alihkan perhatian pada hal lain, atau bicaralah dengan teman yang bisa dipercaya.

4. Batasi Waktu di Media Sosial

Jika kamu merasa kecanduan media sosial dan sulit mengendalikan diri untuk tidak oversharing, batasi waktu yang kamu habiskan di platform tersebut. Matikan notifikasi yang tidak perlu, atau tetapkan jadwal khusus untuk menggunakan media sosial.

5. Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas

Jangan terpaku pada jumlah like atau komentar yang kamu dapatkan. Cobalah untuk fokus pada interaksi yang berkualitas dengan orang lain. Bangun hubungan yang lebih dalam dan bermakna, daripada hanya mencari validasi sesaat.

6. Cari Cara Alternatif untuk Mengekspresikan Diri

Jika kamu merasa perlu mengekspresikan diri, carilah cara alternatif yang lebih sehat dan aman. Kamu bisa menulis jurnal, melukis, bermain musik, atau melakukan aktivitas kreatif lainnya.

7. Belajar Mengelola Emosi

Oversharing seringkali dikaitkan dengan emosi yang tidak terkendali. Belajarlah untuk mengelola emosi dengan cara yang lebih sehat, seperti melalui meditasi, yoga, atau terapi.

8. Berani Berkata "Tidak"

Terkadang, kita merasa sulit untuk menolak ajakan orang lain untuk berbagi informasi pribadi. Belajarlah untuk berani berkata "tidak" jika kamu merasa tidak nyaman.

9. Cari Dukungan Profesional

Jika kamu merasa kesulitan untuk berhenti oversharing atau mengalami masalah kesehatan mental akibat oversharing, jangan ragu untuk mencari bantuan dari psikolog atau profesional kesehatan mental lainnya.

Oversharing bukanlah masalah sepele. Dampaknya bisa merusak kesehatan mental dan kehidupan sosialmu. Ingat, privasi itu penting. Bijaklah dalam berbagi informasi, dan jangan biarkan media sosial mengendalikanmu.

Ingin membaca artikel menarik dan informatif lainnya? Kunjungi VIVA banyu wangi.co.id sekarang juga!