Mickey 17, Satire Fiksi Ilmiah yang Menggugah Pikiran dari Bong Joon Ho
- www.imdb.com
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi – Mickey 17 film fiksi ilmiah yang sangat dinantikan dari sutradara peraih Oscar, Bong Joon Ho, akan tayang di bioskop pada 5 Maret 2025. Film ini, yang dibintangi oleh Robert Pattinson, mengeksplorasi tema-tema eksistensial yang mendalam melalui kisah seorang pria yang dikloning untuk menjalankan misi berbahaya di planet es yang mematikan.
Setelah kesuksesan global Parasite, Bong Joon Ho kembali dengan Mickey 17, adaptasi dari novel Mickey7 karya Edward Ashton. Film ini menampilkan jajaran aktor ternama seperti Robert Pattinson, Naomi Ackie, Steven Yeun, Toni Collette, dan Mark Ruffalo. Bong Joon Ho, yang juga menulis skenarionya, mengangkat isu-isu kompleks tentang keabadian, etika kloning, dan dilema moral dalam latar futuristik yang dingin dan mencekam.
Sinopsis
Mickey Barnes (Robert Pattinson) adalah seorang "expendable," anggota kru yang tugasnya adalah melakukan misi-misi berbahaya yang berpotensi mematikan. Jika Mickey mati, ia akan diregenerasi dengan sebagian besar ingatannya utuh. Namun, ketika Mickey 17 menyadari bahwa ia mungkin tidak lagi menjadi satu-satunya versi dirinya, ia mulai mempertanyakan identitas dan tujuan hidupnya.
Film ini tidak hanya menyajikan aksi fiksi ilmiah yang mendebarkan, tetapi juga kritik sosial yang tajam terhadap sistem yang menindas dan ketidaksetaraan kelas, tema-tema yang sering dieksplorasi oleh Bong Joon Ho dalam karya-karyanya sebelumnya seperti Snowpiercer dan Parasite. Melalui karakter Mickey, yang dieksploitasi dan dapat digantikan, Mickey 17 menjadi sindiran pedas terhadap dunia kerja modern dan pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang nilai kehidupan manusia.
Kritik Sosial dan Politik
Mickey 17 juga merupakan satire politik yang mengkritik kapitalisme, dehumanisasi di tempat kerja, dan ekses kekuasaan otoriter. Karakter-karakter pendukung seperti Kenneth Marshall (Mark Ruffalo) dan Ylva (Toni Collette) mewakili berbagai aspek kekuasaan dan penindasan, sementara Nasha (Naomi Ackie) menantang norma-norma yang ada dan membawa dinamika perlawanan terhadap sistem yang tidak adil.