Mengantisipasi Potensi Gempa Megathrust di Indonesia: Fakta atau Fiksi?

Ilustrai tsunami di Jepang
Sumber :
  • Dok. BPBD NTB/ VIVA Banyuwangi

Jakarta, VIVA Banyuwangi –Pembahasan mengenai potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebenarnya bukanlah hal yang baru.

Banyuwangi Besok: Cerah Berawan dengan Sinar Matahari Hangat, Tapi Jangan Lupa Payung!

Para ahli telah lama mengetahui potensi ini, bahkan sejak sebelum terjadinya gempa dan tsunami dahsyat di Aceh pada tahun 2004.

Zona ini memang telah lama dianggap sebagai daerah dengan seismic gap atau kekosongan gempa yang signifikan, yang artinya energi gempa besar mungkin saja tersimpan di dalamnya dan dapat melepaskan diri sewaktu-waktu.

Banyuwangi Bersiap! Sabtu, 14 September 2024 Cerah Berawan, Tapi Hujan Bisa Jadi Kejutan!

Namun, penting untuk dicatat bahwa pembahasan yang kembali muncul ini bukanlah bentuk peringatan dini (early warning) yang menandakan akan terjadi gempa dalam waktu dekat.

“Kita hanya mengingatkan kembali keberadaan zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun,” ungkap Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono.

Kekhawatiran dari Peristiwa Terkini di Jepang

Prakiraan Cuaca Banyuwangi, 9 September 2024: Siapkan Payung, Hujan Ringan Turun di Tengah Hari

Kemunculan kembali pembahasan tentang potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, terutama disebabkan oleh gempa berkekuatan 7,1 SR yang terjadi di Tunjaman Nankai, Jepang pada 8 Agustus 2024.

Gempa tersebut memicu tsunami kecil dan menimbulkan kekhawatiran di Jepang mengenai kemungkinan terjadinya gempa besar di zona Megathrust Nankai.

Kekhawatiran ini menjadi pengingat bagi kita di Indonesia untuk lebih waspada terhadap potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Dalam catatan sejarah, gempa besar terakhir yang terjadi di Tunjaman Nankai adalah pada tahun 1946, yang berarti zona ini memiliki seismic gap selama 78 tahun.

Sebagai perbandingan, Selat Sunda memiliki seismic gap selama 267 tahun sejak gempa besar terakhir pada 1757, dan Mentawai-Siberut memiliki seismic gap selama 227 tahun sejak gempa terakhir pada 1797.

Ini menunjukkan bahwa kita harus jauh lebih serius dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasi untuk menghadapi kemungkinan gempa di masa depan.

Mengapa Dikatakan "Tinggal Menunggu Waktu"?

Pernyataan "tinggal menunggu waktu" yang disampaikan oleh BMKG sebelumnya merujuk pada fakta bahwa wilayah Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sudah lama tidak mengalami gempa besar, sementara segmen-segmen di sekitar wilayah ini sudah mengalami rilis energi gempa.

Meski begitu, ini bukan berarti gempa besar akan terjadi dalam waktu dekat.

“Sudah kita pahami bersama, bahwa hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa (kapan, di mana, dan berapa kekuatannya), sehingga kita semua juga tidak tahu kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya,” jelas Dr. Daryono.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan tsunami BMKG, Dr Daryono

Photo :
  • VIVA.co.id/ VIVA Banyuwangi

Dengan kata lain, meskipun potensi gempa besar di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sudah lama diketahui, tidak ada yang bisa memprediksi kapan gempa itu akan terjadi.

Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk tidak panik dan tidak menganggap informasi ini sebagai prediksi bahwa gempa besar akan segera terjadi.

Tetap Tenang dan Waspada

Untuk mengakhiri, BMKG menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tetap tenang dan menjalani aktivitas seperti biasa.

“Kepada masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa, seperti melaut, berdagang, dan berwisata di pantai. BMKG selalu siap memberikan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami dengan cepat dan akurat,” tegas Dr. Daryono.

Kesimpulannya, informasi yang beredar mengenai potensi gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut perlu disikapi dengan bijak.

Meskipun ada potensi, bukan berarti gempa besar akan segera terjadi.

Yang terpenting adalah tetap waspada, melakukan upaya mitigasi, dan mengikuti arahan dari BMKG sebagai lembaga yang berwenang dalam memberikan informasi terkait gempa dan tsunami di Indonesia.