Kelas Multikultural: Merajut Kebhinekaan dan Toleransi

Ai Nurhidayat, penggerak toleransi multikultural dari Pangandaran
Sumber :
  • Dok. SMK Bakti Karya Parigi/ VIVA Banyuwangi

Pangandaran, VIVA Banyuwangi – Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman suku, budaya, dan agama. Namun, keberagaman ini kadang kala juga menjadi sumber konflik dan perpecahan. Ai Nurhidayat, seorang pemuda asal Pangandaran, Jawa Barat, tergerak untuk menciptakan sebuah gerakan yang mempromosikan toleransi dan persatuan melalui program Kelas Multikultural di SMK Bakti Karya Parigi.

Rahmad Maulizar, "Malaikat Senyum" bagi Penderita Bibir Sumbing di Aceh

“Awalnya saya itu mendirikan sekolah namanya SMK Bakti Karya Parigi. Sekolah ini menginisiasi program kelas multikultural yaitu program yang mempertemukan siswa dari beragam latar belakang yang berbeda-beda, baik itu dari suku, etnis, agama, daerah,” kata Ai Nurhidayat.

Program Kelas Multikultural ini dimulai pada tahun 2016 di SMK Bakti Karya Parigi yang didirikan oleh Ai pada tahun 2011. Di tahun 2023, terdapat 8 angkatan dari Program Kelas Multikultural.

Nordianto Dirikan Komunitas GenRengers: Berjuang Melawan Pernikahan Dini

"Melalui program ini, siswa-siswi dari berbagai daerah di Indonesia dapat bersekolah secara gratis selama 3 tahun melalui beasiswa penuh," jelas Ai.

Hingga saat ini, program Kelas Multikultural telah meluluskan delapan angkatan dengan total siswa mencapai 260 orang yang berasal dari 45 suku dan 28 provinsi di Indonesia.

"Sayur untuk Sekolah": Muhammad Farid, Sang Inspirator Sekolah Alam Gratis di Banyuwangi

"Ada juga siswa kami yang merupakan anak-anak buruh migran dari Malaysia," tambah Ai.

Ai menjelaskan bahwa program Kelas Multikultural ini tidak hanya sekedar menyediakan akses pendidikan gratis, tetapi juga menciptakan sebuah ekosistem pembelajaran yang mengintegrasikan siswa-siswi dengan masyarakat sekitar untuk bersama-sama menumbuhkan rasa toleransi dan menghargai keberagaman.

Halaman Selanjutnya
img_title